Notification

×

Iklan

Iklan

Pak Kharis, Penenun Tedunan yang Giat Menjemput Rezeki dari Troso Jepara

Kamis, 06 November 2025 | 13.12 WIB Last Updated 2025-11-06T06:13:55Z

Foto, pak Kharis asal Tedunan, Demak.

Queensha.id - Demak,


Di tengah derasnya arus modernisasi dan semakin langkanya pengrajin tradisional, kisah Pak Kharis, warga Desa Tedunan RT 1 RW 3, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, menjadi potret ketekunan yang menginspirasi banyak orang. Pria paruh baya itu setiap hari menenun kain dengan sabar dan telaten, mengambil orderan dari Desa Troso, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara yaitu salah satu sentra tenun terkenal di Jawa Tengah.


Setiap gulungan benang yang ia rangkai di alat tenun sederhana menghasilkan karya bernilai tinggi. Dengan sistem borongan Rp10.000 per meter kain motif, Pak Kharis mampu menenun hingga 10 meter per hari jika pekerjaan lancar. Artinya, dalam sehari ia bisa membawa pulang sekitar Rp100.000, cukup untuk mencukupi kebutuhan harian bersama keluarganya.


“Kalau tenunannya nggak macet, sehari bisa sepuluh meter. Tapi kadang alatnya rewel, jadi hasilnya nggak tentu,” ujar Pak Kharis sambil tersenyum, tangannya tetap lincah memainkan alat tenun kayu di ruang kerjanya yang sederhana.


Meski hasilnya tidak selalu besar, semangatnya tak pernah surut. Ia mengaku bersyukur masih bisa bekerja dengan keterampilan tangan yang diwariskan turun-temurun dari orang tuanya. “Yang penting kerja halal, meski capek tapi hati tenang,” tambahnya.


Warga sekitar pun mengenal Pak Kharis sebagai sosok pekerja keras dan rendah hati. pak Muin (57), tetangga yang rumahnya bersebelahan, mengatakan bahwa Pak Kharis hampir tidak pernah terlihat menganggur.


“Pagi sudah mulai bunyi alat tenunnya, malam kadang masih kerja. Beliau orangnya tekun banget, jarang ngeluh meskipun penghasilannya pas-pasan,” tutur Muin.


Sementara Riyanto (52), tokoh masyarakat setempat, menilai keuletan Pak Kharis menjadi contoh bagi generasi muda di desa.


“Sekarang anak muda banyak yang ingin kerja instan, padahal keterampilan seperti tenun itu bisa jadi sumber rezeki yang berkah. Pak Kharis membuktikan kalau kerja keras dan kesabaran masih relevan di zaman modern,” ujarnya.


Tenun hasil karya Pak Kharis dikirim ke pengrajin Troso untuk proses finishing sebelum dijual ke berbagai kota, bahkan hingga luar Jawa. Dari balik bilik bambu rumahnya yang sederhana, suara ketukan alat tenun miliknya seolah menjadi simbol keteguhan hati seorang pekerja tradisional yang tetap menjaga warisan budaya di tengah gempuran industri modern.


***

Sumber: Pak Muin.

(Tim Redaksi Queensha Jepara, 6 November 2025)