Notification

×

Iklan

Iklan

PHK, Utang, dan Putus Asa: Potret Gelap Ekonomi Jepara

Minggu, 16 November 2025 | 22.21 WIB Last Updated 2025-11-16T16:00:41Z

Foto, ilustrasi seorang laki-laki yang mengalami banyak permasalahan terutama di perekonomian.


Queensha.id - Jepara,


Seorang pria berusia sekitar 50 tahun asal Kecamatan Tahunan, Jepara, hadir sebagai potret nyata betapa kerasnya tekanan ekonomi saat ini. Ia adalah duda yang tinggal menumpang di rumah adiknya, ikut bekerja membantu berjualan nasi kucing. Namun siang tadi, hidupnya kembali terguncang dan ia diusir dari rumah tersebut dan terpaksa pergi hanya dengan membawa beberapa potong pakaian hingga diantar seorang tetangga ke daerah Pulodarat, kecamatan Pecangaan, Jepara.


Menurut warga yang sempat menolongnya, pria itu baru semalam bercerita bahwa dirinya pernah berada di ambang depresi berat, bahkan sempat berpikir mengakhiri hidup.


“Baru kemarin dia cerita pernah mau bunuh diri karena putus asa. Hari ini malah diusir,” kata salah satu warga.



Korban PHK dan Dampak Ekonomi yang Menghimpit


Dalam perjalanan itu, pria lain (R) yang menceritakan secuil kisah tersebut kembali mengisahkan pahitnya hidup dirinya setelah menjadi korban PHK dari sebuah perusahaan besar yang dikenal memproduksi makanan dan minuman.


“Bener mas, saya juga pusing karena tahun ini kena PHK. Banyak perusahaan besar PHK besar-besaran,” ujar R lirih, 


Ia menambahkan, “Pejabat yang korupsi raja tega semua, dari bawah sampai atas," imbuhnya.


Menurutnya, kondisi ekonomi bukan hanya merontokkan pekerja muda, tetapi menghantam mereka yang sudah menjadi tulang punggung keluarga selama puluhan tahun.


“Kepala keluarga umur 40–50 tahun sekarang banyak yang putus asa. Bidang mebel sudah tidak bisa diharapkan. Kerja susah, usaha sepi,” jelasnya.



Biaya Hidup Kian Tak Terjangkau


Ia juga mengeluhkan biaya hidup yang meningkat drastis, sementara pendapatan masyarakat tak bergerak naik.


“Gaji 3 juta, anak dua, yang sekolah satu. Berat mas. Makan empat orang saja sehari 12 piring. Satu piring pakai telur 6 ribu, sudah 72 ribu. Belum kebutuhan lain,” tuturnya.


Ia menyebut kebutuhan wajib seperti popok, uang jajan anak, kuota internet, hingga bensin adalah beban yang tak bisa dihindarkan.


“Negara gagal ngopeni warga, sekadar kebutuhan primer saja susah,” katanya.


Bahkan penerima PKH pun, menurutnya, tetap sering berutang demi bisa terus makan.



Peran Industri Garmen yang Jadi Penyangga Terakhir


Ia menilai, jika industri garmen di Jepara kolaps, situasinya akan jauh lebih buruk.


“Ekonomi Jepara kalau nggak ada garmen, ngeri mas. Anak muda lulus SMA-SMK jarang yang kuliah, langsung garmen semua,” ujarnya.


Di sekelilingnya, ia melihat banyak laki-laki pengangguran yang kehilangan arah dan daya juang.


“Yang paling banyak itu laki-laki nganggur dan tidak berdaya menghadapi ekonomi sekarang," pungkasnya.



Pendapat Pengamat Sosial Jepara


Pengamat sosial Jepara, Purnomo Wardoyo, menilai kisah ini bukanlah kasus tunggal, melainkan fenomena gunung es.


“Banyak kepala keluarga di Jepara berada dalam tekanan psikologis berat. PHK, turunnya sektor mebel, dan tingginya kebutuhan dasar membuat banyak laki-laki merasa kehilangan harga diri sebagai penopang keluarga,” ungkapnya.


Menurut Purnomo, pola ekonomi Jepara yang bertumpu pada garmen dan sektor informal membuat masyarakat sangat rentan ketika terjadi gejolak industri.


“Ini bukan hanya soal ekonomi, tapi soal martabat. Banyak pria di usia produktif merasa tidak berguna, dan itu sangat berbahaya bagi stabilitas sosial,” tambahnya.


Purnomo menegaskan perlunya intervensi pemerintah daerah, terutama melalui pelatihan kerja, penciptaan lapangan baru, dan dukungan konseling mental.


“Kisah seperti ini harus menjadi alarm. Jangan sampai putus asa menjadi wabah baru di Jepara,” tegasnya.


Kisah pria tersebut hanyalah satu dari banyak suara yang tenggelam di balik geliat kota ukir. Suara yang mengingatkan bahwa di tengah gemerlap industri, ada manusia yang sedang berjuang keras agar tetap bertahan hidup dan tetap waras.


***

Sumber: Queensha Jepara.