Notification

×

Iklan

Iklan

Selebritis atau Selebritas? Menelusuri Kekeliruan Bahasa yang Terlanjur Populer

Selasa, 04 November 2025 | 09.37 WIB Last Updated 2025-11-04T02:38:00Z

Foto, selebriti Indonesia.

Queensha.id - Opini Publik,


Kita mendengarnya hampir setiap hari. Di layar kaca, di media sosial, bahkan di obrolan ringan warung kopi: “Artis itu selebritis papan atas”, “Selebritis A pacaran dengan Selebritis B”, atau “Dunia selebritis memang penuh drama”.


Namun, tahukah Anda bahwa sebenarnya kata “selebritis” adalah bentuk yang tidak baku dalam Bahasa Indonesia?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bentuk yang benar adalah “selebritas”, bukan selebritis.


Lalu mengapa kekeliruan ini begitu lekat dan sulit dikoreksi?



1. Dari “Celebrity” ke “Celebrities”, Lalu Nyasar Jadi “Selebritis”


Dalam bahasa Inggris, kata celebrity berarti “orang terkenal”. Bentuk jamaknya adalah celebrities dan ditambah huruf -s di akhir kata.


Namun, ketika masuk ke telinga masyarakat Indonesia, bunyi “celebrities” justru diserap apa adanya menjadi “selebritis”.


Padahal, dalam kaidah penyerapan bahasa asing ke Bahasa Indonesia, akhiran -ty umumnya berubah menjadi -tas.
Contohnya:


  • quality → kualitas
  • identity → identitas
  • intensity → intensitas


Dengan pola yang sama, celebrity seharusnya menjadi selebritas, bukan selebritis.



2. Terlalu Enak di Lidah, Terlanjur Melekat di Media


Kesalahan ini bertahan bukan tanpa sebab. Kata “selebritis” dianggap lebih nyaman diucapkan, lebih populer, dan lebih bernuansa glamor yang cocok dengan dunia hiburan yang menjadi sumber istilah ini.


Media infotainment sejak awal tahun 2000-an gencar menggunakan istilah “selebritis” dalam setiap siarannya.
Dari situlah, istilah itu menjadi bagian dari kosakata sehari-hari masyarakat Indonesia.


Sementara itu, kata “selebritas” terdengar kaku, jarang muncul di media, dan dianggap kurang “gaul”.


“Bahasa sering kali mengikuti kebiasaan, bukan aturan,” ujar seorang dosen linguistik Universitas Indonesia yang tak ingin disebutkan namanya. “Begitu masyarakat menganggap satu istilah lebih familiar, bentuk baku pun bisa tergeser.”



3. Siapa yang Layak Disebut Selebritas?


Kata celebrity dalam bahasa asalnya berarti siapa saja yang terkenal, tak terbatas pada dunia hiburan.
Itu bisa mencakup atlet, politikus, pengusaha, ilmuwan, bahkan aktivis sosial.


Namun di Indonesia, kata “selebritis” nyaris selalu identik dengan artis, penyanyi, dan figur dunia gemerlap.
Padahal, seseorang seperti Taufik Hidayat (atlet), Najwa Shihab (jurnalis), atau Hidayat Nur Wahid (politikus) juga layak disebut selebritas, karena mereka dikenal luas oleh masyarakat.


Kesalahpahaman ini menunjukkan bahwa makna populer sering kali lebih kuat daripada makna sebenarnya.



4. Bahasa yang Hidup atau Bahasa yang Lupa Akar


Fenomena “selebritis” menggambarkan satu hal menarik: bahasa selalu bergerak.
Kata yang awalnya salah bisa menjadi lazim, bahkan diakui, ketika digunakan secara massal dan terus-menerus.


Namun, apakah hal itu berarti kita boleh membiarkan kesalahan terus hidup?
Para ahli bahasa berpendapat, tugas media dan lembaga pendidikanlah yang seharusnya menjaga ketepatan bahasa tanpa mengorbankan keluwesan komunikasi.


Sementara itu, masyarakat tetap punya peran penting di mulai dari kesadaran sederhana: memilih kata yang benar.



5. Jadi, Mana yang Benar: Selebritis atau Selebritas?


Jawabannya jelas: “Selebritas” adalah bentuk baku yang diakui dalam KBBI.
Namun dalam praktik sehari-hari, “selebritis” masih akan terus hidup karena kekuatan kebiasaan dan daya tarik pop culture.


Sama seperti banyak istilah serapan lain — fans, trend, atau rating yang terus digunakan meski ada padanan bakunya, “selebritis” tampaknya sudah menjadi bagian dari bahasa media dan masyarakat modern.


Jadi, Bahasa, seperti manusia, tumbuh bersama zaman. “Selebritis” mungkin lahir dari kekeliruan, tapi keberadaannya menunjukkan satu hal: betapa kuatnya pengaruh budaya populer terhadap cara kita berbicara.


Namun, bagi yang mencintai ketepatan bahasa, satu hal patut diingat bahwa 
di atas panggung kebahasaan, yang benar tetaplah selebritas, bukan selebritis.


***

Penulis: Tim Redaksi Queensha Jepara.
Editor: Vico Rahman.
Jepara, 4 November 2025.