| Foto, Arshyla Quinnsha Qiana Qalesya saat ini umur 4 tahun kurang 9 hari. |
Queensha.id - Jepara,
Usianya baru empat tahun, tapi Arshyla Quinnsha Qiana Qalesya atau akrab disapa Achio yang sudah menjadi sosok kecil yang cerdas, ekspresif, dan penuh cerita lucu. Putri pasangan Vico Rahman dan Elisa Fitriana Prihandari asal Bapangan, Jepara, itu selalu membawa keceriaan ke mana pun ia berada.
Hari ini, Selasa (4/11/2025), Achio tampak menggemaskan saat berpose dengan tiga gaya berbeda: bibir mungilnya mencium, wajah bingung nan polos, dan senyum nyengir khas anak kecil yang menawan.
Namun di balik potret lucunya, ada kisah kecil tapi penuh makna yang terjadi sehari sebelumnya di ruang kelas Kelompok Belajar PAUD Ratu Shima, Suwawal, Mlonggo.
Kisah di Kelas: Belajar Tentang Kepemilikan dan Kejujuran
Saat jam istirahat, Achio bercerita pada ibunya dengan polos,
“Mama, susu botol dan makanan aku diambil temenku di tas… itu yang tinggi dan rambut panjang.”
Mendengar cerita itu, sang ibu, Elisa Fitriana Prihandari, pun segera melapor kepada guru kelas dan wali murid. Bukan untuk mempermasalahkan, tetapi untuk mengajarkan nilai moral sejak dini — bahwa mengambil barang orang lain, sekecil apa pun, tidak boleh dianggap hal biasa.
“Anak-anak harus dibiasakan menghormati hak teman. Kalau membuka tas dan mengambil barang orang lain tanpa izin, itu sudah masuk kategori mencuri, meskipun mereka belum tahu arti sebenarnya,” kata Elisa.
Ia menambahkan,
“Kelakuan seperti itu jangan dibilang wajar. Justru perlu sering diingatkan agar anak tahu mana yang boleh dan mana yang tidak.”
Mengajari Etika Sejak Balita
Psikolog anak dan pendidikan usia dini sepakat bahwa usia 0–5 tahun merupakan masa emas pembentukan karakter. Di usia inilah anak mulai belajar tentang empati, batasan, dan tanggung jawab sosial.
Menurut Dr. Nurhayati, M.Psi, ahli psikologi perkembangan anak dari Universitas Negeri Semarang, orang tua dan guru harus konsisten memberi contoh dan penjelasan sederhana tentang perilaku yang baik dan buruk.
“Jika anak mengambil barang milik orang lain, jangan langsung dimarahi keras. Jelaskan dengan lembut, ‘Itu punya temanmu, ayo kembalikan, ya.’ Anak harus paham konsekuensi, tapi tetap merasa aman,” jelasnya.
Langkah-langkah sederhana yang bisa dilakukan orang tua antara lain:
- Memberi teladan. Anak meniru perilaku orang tua. Jika orang tua jujur, anak akan belajar hal yang sama.
- Gunakan bahasa yang lembut. Hindari label seperti “nakal” atau “pencuri”. Fokuslah pada perilaku, bukan identitas anak.
- Berikan apresiasi atas kejujuran. Saat anak mengakui kesalahan, pujilah agar ia tahu kejujuran itu bernilai.
- Bangun komunikasi dengan guru. Sekolah dan orang tua harus bekerja sama dalam mendidik anak secara konsisten.
Pentingnya Kolaborasi antara Orang Tua dan Guru
Kejadian seperti yang dialami Achio bukan hal yang jarang. Di banyak PAUD, anak-anak masih belajar membedakan antara “punya aku” dan “punya teman”.
Karena itu, peran guru dan orang tua sangat penting dalam membentuk kebiasaan positif.
Guru di PAUD Ratu Shima menegaskan bahwa pembiasaan nilai kejujuran selalu dilakukan lewat kegiatan bermain, bercerita, dan bernyanyi.
“Anak-anak tidak hanya belajar membaca dan menulis, tapi juga belajar berbagi, meminta izin, dan menghormati teman,” ujar salah satu pengajar di sana.
Pesan Moral dari Kisah Kecil Arshyla
Kisah kecil Achio di ruang kelas memberi pelajaran besar: pendidikan moral dimulai dari hal sederhana.
Mengajarkan anak untuk tidak mengambil barang milik teman adalah langkah awal menuju generasi yang jujur, bertanggung jawab, dan berempati.
Di tengah dunia yang semakin sibuk dan serba cepat, semoga para orang tua dan pendidik tetap memberi ruang bagi anak-anak untuk belajar nilai-nilai dasar kemanusiaan dan bukan hanya lewat teori, tetapi lewat contoh dan kasih sayang.
***
Penulis: Tim Redaksi Queensha Jepara.
Editor: Vico Rahman.
Jepara, 4 November 2025.