Notification

×

Iklan

Iklan

Lawan Gempuran HP, Ratusan Siswa SD Jepara Meriahkan Festival Permainan Tradisional di Museum RA Kartini

Minggu, 21 Desember 2025 | 15.24 WIB Last Updated 2025-12-21T08:26:03Z
Foto, terlihat tampak antusias dari anak-anak SD di Jepara yang mengikuti Festival Permainan Tradisional (FPT) Jepara.



Queensha.id - Jepara,


Ratusan anak-anak dari jenjang Sekolah Dasar (SD) tampak antusias mengikuti Festival Permainan Tradisional (FPT) Jepara yang digelar di Museum R.A. Kartini, kompleks Alun-alun I Jepara, Minggu (21/12/2025). 


Di tengah derasnya arus permainan digital berbasis gawai, festival ini hadir sebagai ruang edukatif yang memadukan keceriaan bermain dengan nilai budaya dan pendidikan.


Mengusung tema “Isi Liburan dengan Dolanan, Ayo Dolanan Ojo HP, Nan”, acara ini dibuka oleh Bupati Jepara Witiarso Utomo yang diwakili Ketua Komisi C DPRD Jepara, Nur Hidayat. Tema tersebut menjadi seruan kuat untuk mengajak anak-anak dan orang tua kembali mengenal permainan tradisional sebagai bagian dari pembentukan karakter.


Sejumlah unsur pemerintah dan pemangku kepentingan turut hadir, di antaranya Kepala Diskominfo Jepara Budhi Sulistiyawan, perwakilan Disparbud, Disdikpora, RSU R.A. Kartini Jepara, serta organisasi pelestari budaya seperti Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI) dan Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI).


Tercatat sekitar 400 peserta dari SD dan sederajat se-Kabupaten Jepara ambil bagian dalam festival ini. Mereka berkompetisi dalam sejumlah cabang permainan tradisional seperti ketapel, bakiak, dan dakon, baik kategori putra maupun putri. Sorak sorai peserta dan pendukung menambah semarak suasana, memperlihatkan bahwa permainan rakyat tetap mampu memikat generasi muda.



Dalam sambutannya, Nur Hidayat menyampaikan bahwa Festival Permainan Tradisional Jepara merupakan agenda rutin tahunan Museum R.A. Kartini, dan tahun ini menjadi penyelenggaraan yang keempat.


“Festival ini merupakan upaya mempromosikan, melestarikan, dan mengenalkan warisan budaya tradisional kepada generasi muda dan masyarakat luas,” ujarnya, Minggu (21/12/2025) dikutip dari Info Jateng.


Ia mengakui bahwa belum semua permainan tradisional Jepara dikenal secara luas. Namun, melalui penguatan permainan seperti dakon, egrang, dan bakiak, diharapkan festival ini menjadi “oase di padang gurun” di tengah dominasi permainan modern berbasis gawai.


“Di era digital ini, layar handphone sering menyita waktu dan perhatian. Melalui festival ini, kami ingin mengajak anak-anak dan orang tua untuk sejenak meletakkan gawai dan kembali bermain bersama,” kata Nur Hidayat.


Lebih jauh, ia berharap permainan tradisional tidak hanya lestari di Jepara, tetapi juga mampu mengantarkan anak-anak daerah ini berprestasi hingga tingkat internasional. Menurutnya, banyak negara memiliki permainan tradisional masing-masing, sehingga terbuka peluang kompetisi lintas negara yang dapat mengharumkan nama Indonesia.


“Melalui permainan tradisional, kita bisa mewujudkan generasi muda yang berkepribadian dan berkebudayaan. Anak-anak Jepara diharapkan mampu membawa permainan tradisional ke tingkat dunia,” imbuhnya.


Festival dibuka dengan sendratari Cublak-cublak Suweng yang dibawakan Sanggar Tari Desa Gelang, Kecamatan Keling, menegaskan kuatnya nuansa budaya sejak awal acara.


“Semoga anak-anak Jepara mampu berprestasi di ajang festival permainan tradisional tingkat internasional dan membawa nama baik Indonesia, khususnya Jepara,” pungkas Nur Hidayat.


***
Sumber: IJ.
Tim Redaksi.