| Foto, salah satu waliyullah dari Jepara, makam Sunan Mantingan. |
Queensha.id - Jepara,
Kabupaten Jepara selama ini dikenal luas sebagai kota ukir, pusat perdagangan pesisir, dan daerah multikultur sejak era Majapahit hingga masa kolonial. Namun jauh sebelum Jepara modern terbentuk, wilayah ini sudah menjadi ruang dakwah dan peradaban Islam yang kuat. Bukti historisnya terekam dalam jejak para waliyullah dan leluhur desa yang kini jumlahnya berhasil dihimpun mencapai 131 nama.
Upaya pengumpulan daftar 131 wali ini bukan sekadar kegiatan religius, tetapi juga langkah penting untuk merawat sejarah lokal dan mempertegas jati diri Jepara sebagai salah satu “kota wali” di Jawa Tengah. Para tokoh ini hidup pada masa dan peran yang berbeda-beda—ada yang penyebar Islam awal, penjaga kampung, guru tarekat, hingga tokoh adat yang sekaligus menjadi pemuka masyarakat.
Mengapa Jepara Punya Banyak Wali?
Jepara sejak abad ke-15 merupakan pelabuhan internasional yang menjadi simpul pertemuan pedagang Arab, Gujarat, Tiongkok, dan Nusantara. Interaksi ini membawa Islam masuk lebih cepat ke pesisir utara Jawa dibanding wilayah pedalaman. Oleh karena itu:
- Banyak wali datang ke Jepara untuk berdakwah.
- Para saudagar muslim menetap dan membangun komunitas.
- Jepara menjadi pintu awal Islam ke pelosok Muria.
Jejak tersebut tampak dari makam para habaib, syekh, dan guru tasawuf yang tersebar di hampir semua kecamatan.
131 Wali Jepara: Peta Spiritual dari Pesisir hingga Pegunungan
1. Kecamatan Bangsri
Bangsri dikenal sebagai salah satu pusat dakwah tua di Jepara. Para wali seperti Ki Ageng Gede Bangsri dan Syeikh Juru Sungging Prabangkoro berperan besar dalam Islamisasi pedalaman utara. Mbah Kamdowo Guyangan juga dihormati sebagai penjaga moral masyarakat.
2. Kecamatan Batealit
Desa-desa tua di wilayah ini memiliki tokoh leluhur seperti Mbah Sri Kemuning Bantrung dan Mbah Sekar Tanjung, tokoh yang dikenal karismatik dan dihormati masyarakat setempat.
3. Kecamatan Donorojo – Keling – Kembang
Wilayah pegunungan Muria bagian barat dikenal sebagai jalur dakwah para syekh dan murid-murid Sunan Muria. Ada nama seperti:
- Syeikh Lancing Sanjoyo
- Syeikh Sawunggaling
- Syeikh Lemah Abang
- Syeikh Kertosuro
Tokoh-tokoh ini memperkuat hubungan Jepara dengan pusat dakwah Demak dan Kadipaten Muria.
4. Kecamatan Jepara Kota
Inilah wilayah dengan catatan wali terbanyak. Makam para habaib dan ulama tertua Jepara banyak berada di kawasan ini:
- Raden Tubagus Prawoto
- Sayyid Abu Bakar bin Muhammad Al-Haddad
- Mbah Pakis Aji
- Para habib di Kauman, Panggang, dan Saripan
- Tokoh-tokoh penyebar Islam awal di pesisir Jepara
Peran para wali kota ini sangat besar: membentuk Jepara sebagai pusat perdagangan dan pusat spiritual sejak abad 16.
5. Kecamatan Karimunjawa
Karimunjawa menyimpan nama besar yang sangat dihormati:
- Sunan Nyamplungan, murid Sunan Muria yang mengislamkan masyarakat kepulauan
- Mbah Nyai Zizah, penjaga moral dan adat masyarakat pulau
Jejak dakwah di kepulauan ini menegaskan bahwa penyebaran Islam di Jepara tidak hanya terjadi di daratan.
6. Kecamatan Kedung – Mayong – Mlonggo – Tahunan – Welahan
Nama besar seperti Maulana Maghribi, Mbah Podang, Mbah Dzakirullah Alam, Nyai Ratu Kalinyamat, dan Sultan Hadlirin memperlihatkan bahwa Jepara adalah pusat peradaban yang memiliki hubungan erat dengan Kesultanan Demak.
Total keseluruhan mencapai 131 wali, sebuah angka yang menunjukkan betapa dalamnya akar religius Jepara.
Mengapa Pendataan Wali Jepara Penting?
Para sejarawan lokal menilai, pendataan ini penting karena:
- Banyak makam wali terancam hilang akibat pembangunan.
- Banyak wali tidak tercatat dalam literatur resmi sejarah Jawa.
- Cerita turun-temurun rentan punah karena tidak terdokumentasi.
- Wali adalah bagian dari identitas Jepara sebagai kota pesisir religius.
Dengan mendokumentasikan nama-nama ini, Jepara melakukan apa yang disebut sebagai restorasi sejarah budaya lokal.
Warisan Spiritual Jepara Tak Boleh Hilang
Jepara bukan hanya kota ukir atau kota wisata. Ia juga kota spiritual yang dibangun dari doa, dakwah, dan perjuangan panjang para wali. Mengingat mereka berarti mengingat asal-usul, menghormati sejarah, dan menjaga tradisi agar tidak terkikis zaman.
Pendataan 131 waliyullah ini bukan akhir, melainkan awal dari gerakan lebih besar:
Menghidupkan kembali sejarah Jepara untuk generasi masa depan.
***