| Foto, makanan khas Daerah Madiun, Nasi Jotos. |
Queensha.id - Kuliner Madiun,
Nama kuliner ini terdengar keras, bahkan sedikit provokatif: nasi jotos. Namun jangan salah sangka. Tak ada kekerasan di dalamnya, selain “pukulan” rasa yang menghantam lidah. Di balik namanya yang unik, nasi jotos justru menjadi simbol kesederhanaan, kehangatan angkringan, dan kekayaan kuliner lokal Madiun yang bertahan lintas generasi.
Selama ini Madiun kerap identik dengan pecel. Padahal, kota di barat Jawa Timur ini juga menyimpan kekayaan rasa lain yang tak kalah membumi. Nasi jotos adalah salah satunya. Disajikan dengan porsi pas yang lebih besar dari nasi kucing, namun tetap ramah di kantong karena hidangan ini menjadi pilihan favorit masyarakat, terutama saat malam menjelang.
Dari Kepalan Tangan ke Identitas Kuliner
Nama “jotos” diyakini berasal dari bentuk nasi yang dibungkus daun pisang hingga menyerupai kepalan tangan. Dalam bahasa Jawa, jotos berarti pukulan. Bukan makna harfiah, melainkan simbol visual yang melekat kuat di ingatan. Meski mirip dengan nasi kucing khas Yogyakarta atau nasi jinggo dari Bali, nasi jotos memiliki ciri khas pada ukuran dan komposisi lauknya.
Tak ada catatan pasti siapa yang pertama kali memperkenalkan nasi jotos. Namun, sejumlah sumber memperkirakan kuliner ini telah hadir sejak akhir 1990-an. Artinya, hampir seperempat abad nasi jotos menemani denyut kehidupan warga Madiun dari obrolan warung hingga persinggahan wisatawan.
Sederhana, Lengkap, dan Mengenyangkan
Kekuatan nasi jotos terletak pada kesederhanaannya. Nasi putih hangat berpadu dengan telur dadar, orek tempe kering, mi goreng, dan sambal teri yang pedas gurih. Semua dibungkus daun pisang, menghadirkan aroma khas yang sulit ditolak. Di beberapa tempat, lauknya bisa lebih beragam, mulai dari ayam, daging sapi, tahu, hingga tambahan gorengan angkringan seperti bakwan, perkedel, dan sate telur.
Sentuhan rempah khas Madiun membuat rasanya autentik dan “jujur”. Tak heran jika nasi jotos tak sekadar mengenyangkan, tetapi juga meninggalkan kesan dan bahkan kerinduan.
Jejak Nasi Jotos di Sudut Kota
Sejumlah warung di Madiun dikenal konsisten menjaga rasa nasi jotos. Di antaranya Warung Ca’e di kawasan Kejuron dengan sambal yang terkenal menagih, Nasi Jotos Mbak Rom yang buka hampir seharian penuh, Nasi Jotos Bu Nur yang ramah di kantong, hingga Sego Jotos Mbak Yem yang kerap disebut legendaris. Warung-warung ini bukan sekadar tempat makan, melainkan ruang sosial tempat cerita dan rasa bertemu.
Lebih dari Sekadar Makanan
Nasi jotos adalah potret kearifan lokal. Ia lahir dari kebutuhan, bertahan karena rasa, dan hidup karena diterima masyarakat. Di tengah gempuran kuliner modern, nasi jotos tetap eksis tanpa kehilangan jati diri. Ia mengajarkan bahwa identitas kuliner tak selalu harus mewah tapi cukup jujur, konsisten, dan membumi.
Bagi siapa pun yang singgah ke Madiun, mencicipi nasi jotos bukan sekadar urusan perut. Ia adalah cara memahami kota ini: sederhana, hangat, dan apa adanya—namun meninggalkan kesan yang kuat.
***
Tim Redaksi.