| Foto, ilustrasi. |
Queensha.id - Edukasi Sosial,
Syirik kerap disebut sebagai dosa besar dalam ajaran Islam, tetapi dalam kehidupan sosial modern, fenomena ini justru muncul dalam bentuk yang semakin halus. Banyak orang tidak sadar ketika mulai menaruh kepercayaan pada hal-hal selain Allah, baik dalam bentuk jimat, ritual tertentu, maupun ketergantungan pada kekuatan-kekuatan yang dianggap mampu memberi keberuntungan instan. Fenomena ini kemudian muncul sebagai refleksi mentalitas manusia yang merasa tidak mampu menghadapi tekanan hidup.
Mengapa Syirik Disebut Tanda Ketidakmampuan?
Beberapa tokoh agama memandang syirik sebagai isyarat lemahnya keyakinan dan ketahanan diri seseorang. Ketika individu mulai merasa buntu, kehabisan cara, atau tidak percaya pada kemampuan diri sendiri, mereka cenderung mencari jalan pintas. Dari sinilah syirik muncul sebagai bentuk pelarian dari ketidakmampuan menghadapi kenyataan.
Ketidakmampuan ini bukan hanya soal mental, tetapi juga bisa disebabkan tekanan sosial, kesulitan ekonomi, dan kondisi psikologis.
Pandangan Islam: Menjaga Pikiran agar Terhindar dari Syirik
Dalam Islam, syirik adalah dosa yang paling ditolak oleh Allah. Al-Qur’an secara tegas menyatakan bahwa Allah tidak mengampuni dosa syirik jika seseorang tidak bertobat sebelum meninggal.
Cara menghindari syirik menurut ajaran Islam antara lain:
-
Menguatkan tauhid
Memahami bahwa hanya Allah satu-satunya tempat bergantung. Pendidikan tauhid sejak dini terbukti menjadi pondasi paling kuat untuk mencegah perbuatan syirik. -
Memperdalam ilmu agama
Banyak syirik terjadi karena ketidaktahuan. Semakin seseorang memahami akidah, semakin kecil peluangnya terjerumus. -
Membangun mental tawakal dan ikhtiar yang seimbang
Seseorang harus bekerja keras, tetapi tetap menyerahkan hasilnya kepada Allah. Pola pikir ini membuat manusia tidak mudah mencari jalan pintas. -
Menghindari media atau praktik-praktik yang mengarah pada kemusyrikan
Misalnya mempercayai jimat, paranormal, ritual keberuntungan, atau benda-benda khusus yang dianggap membawa hoki. -
Mendekatkan diri kepada Al-Qur’an dan doa-doa perlindungan
Rutinitas ibadah, termasuk dzikir, membantu menenangkan pikiran dan menjaga fokus spiritual.
Pandangan Pengamat Sosial Jepara, Purnomo Wardoyo
Pengamat sosial Jepara, Purnomo Wardoyo, menilai bahwa fenomena syirik di masyarakat lebih sering muncul akibat tekanan sosial dan krisis kepercayaan diri.
Menurutnya, banyak masyarakat yang berada dalam kondisi ekonomi sulit atau menghadapi konflik rumah tangga berat tanpa dukungan psikologis memadai. Ketika mereka merasa tidak mampu, jalan irasional seperti jimat, dukun, atau ritual tertentu dianggap sebagai solusi cepat.
Purnomo juga menegaskan bahwa di banyak desa di Jepara, kepercayaan kepada hal-hal mistis masih kuat karena diwariskan secara turun-temurun. Namun, menurutnya, hal itu bisa dikurangi dengan:
- edukasi agama yang moderat dan mudah dipahami,
- peningkatan literasi,
- peran tokoh masyarakat yang lebih aktif mengarahkan warganya,
- dan kampanye sosial yang menekankan pentingnya logika, kerja keras, dan pertolongan yang sah menurut agama.
“Syirik bukan sekadar masalah akidah, tetapi juga masalah sosial. Ketika masyarakat merasa tidak mampu, maka mereka mencari pegangan lain. Tugas kita adalah menguatkan mental kolektif itu, bukan hanya melarangnya secara keras,” ujarnya, Rabu (3/12/2025).
Syirik tidak hanya sekadar pelanggaran agama, tetapi juga sinyal bahwa seseorang sedang berada dalam kondisi psikologis lemah. Islam memberikan panduan jelas untuk menjauhinya, sementara perspektif sosial menyoroti pentingnya lingkungan yang sehat dan pengetahuan yang memadai.
Mencegah syirik berarti membangun keyakinan, pengetahuan, dan kekuatan diri yang bukan hanya untuk individu, tetapi untuk masyarakat secara keseluruhan.
***
Tim Redaksi.