Foto, Di depan gerbang PT Hwa Seung Indonesia (HWI), ratusan warga dari Desa Banyuputih dan Gemulung memadati jalan sambil membawa satu benda yang tak biasa dan sebuah keranda mayat. Bukan tanpa alasan. |
Queensha.id - Jepara,
Suara teriakan massa membelah siang yang terik. Di depan gerbang PT Hwa Seung Indonesia (HWI), ratusan warga dari Desa Banyuputih dan Gemulung memadati jalan sambil membawa satu benda yang tak biasa dan sebuah keranda mayat. Bukan tanpa alasan, benda itu menjadi simbol kematian harapan mereka terhadap janji manis perusahaan.
Namun, yang membuat geger bukan hanya aksi teatrikal itu, tapi desas-desus yang makin beredar luas: untuk bisa diterima kerja di PT HWI, pelamar harus cantik, ganteng, dan... siap bayar!
Janji Tinggal Janji
PT HWI pernah menjanjikan warga sekitar sebagai prioritas utama dalam perekrutan tenaga kerja. Tapi faktanya, banyak warga lokal bahkan tak dipanggil seleksi. Sebaliknya, justru pelamar dari luar daerah seperti Kudus, Demak, hingga Grobogan yang mendapat tempat.
“Rasanya seperti dihina di tanah sendiri. Kami ini tuan rumah, tapi diperlakukan seperti tamu,” ujar Darto, salah satu pelamar asal Gemulung.
Ahmad Sholeh Angkat Bicara
Salah satu warga yang cukup vokal dan dikenal sering turun ke lapangan, Ahmad Sholeh dari Mlonggo, membeberkan fakta mengejutkan. Ia mengaku mendapat banyak laporan dari warga dan mantan pekerja.
“Masalah ini sebenarnya bukan baru. Tapi sekarang makin parah. Dulu warga sekitar memang sempat banyak yang diterima, tapi karena ada beberapa oknum yang kerja asal-asalan, nggak taat SOP, akhirnya satu kampung kayak diblokir semua,” ujar Sholeh, Selasa (27/5/2025) pagi.
Tak berhenti di situ, ia melanjutkan dengan nada serius:
“Yang lebih parah, katanya sekarang kalau perempuan harus cantik dan smart. Cowok harus ganteng dan ngerti kerja. Lah ini pabrik atau ajang pemilihan model?”
Sholeh juga menyebut adanya isu “ADM” biaya tak resmi agar bisa diterima kerja.
"Ada yang bilang kalau nggak bawa uang, ya jangan harap bisa masuk. Ini sudah jadi rahasia umum. Tapi banyak warga takut ngomong terang-terangan, takut kena sidak, " jelas Ahmad Sholeh.
Ketika Harapan Diperjualbelikan
Munculnya kriteria fisik dan dugaan praktik suap dalam rekrutmen tentu merusak kepercayaan warga. Padahal, perusahaan diwajibkan menjalankan tanggung jawab sosial, termasuk membuka peluang kerja secara adil bagi masyarakat sekitar.
Solusi Atau Kekacauan Baru?
Warga menuntut empat langkah konkrit:
1. Rekrutmen Transparan
Jalur seleksi diumumkan terbuka dan bebas dari sogokan.
2. Dialog Rutin
Forum antara warga, perusahaan, dan pemerintah harus dibentuk.
3. Pelatihan untuk Warga Lokal
PT HWI diminta menyelenggarakan pelatihan kerja sebagai bentuk CSR nyata.
4. Penindakan Oknum
Dugaan praktik suap harus diselidiki oleh dinas tenaga kerja dan aparat hukum.
Jepara di Persimpangan Jalan
Aksi keranda bukan sekadar simbol. Itu adalah peringatan bahwa jika suara warga terus diabaikan, maka kepercayaan terhadap industri akan benar-benar terkubur.
Ahmad Sholeh menutup komentarnya dengan nada optimis:
"Saya percaya Bupati dan pihak berwenang tidak akan diam. Kami bukan anti investasi, tapi jangan jadikan warga hanya sebagai penonton di tanah sendiri. Saatnya buka mata, sebelum kepercayaan ini benar-benar mati, " pungkas Ahmad Sholeh.
***
Sumber: AS.
0 Komentar