Breaking News

Satu Peluit di Bawah Terik: Pelajaran dari Mbak Sri di Simpang Rembang

Foto, mbak Sri Inayah dan Polisi di jalan.


Queensha.id - Rembang,

Siang itu, di bawah sengatan matahari yang tak kenal ampun, sebuah motor bebek tua meliuk di antara kepadatan lalu lintas. Asap knalpot dan debu jalanan menjadi pemandangan sehari-hari, namun di atas motor itu, seorang perempuan tangguh bernama Sri Inayah (38) asal Rembang, Jawa Tengah yang akrab disapa Mbak Sri oleh warga sekitar dan melaju dengan tekad dan kesibukan yang menggantung di matanya.

Ia bukan siapa-siapa. Hanya satu dari ratusan buruh pabrik sepatu yang tiap pagi mengandalkan kendaraan tuanya untuk mengejar waktu dan tanggung jawab. Bajunya lusuh, tas anyamannya berisi bekal, dan rambutnya beterbangan tertiup angin. Ia seperti bayangan kota kecil yang terus bekerja, tak pernah benar-benar berhenti.

Namun satu peluit panjang mengubah segalanya.

Seorang polisi berseragam rapi menghadangnya. Mbak Sri tahu seketika apa salahnya. Helm untuk pelindung kepala yang pagi itu tertinggal entah karena buru-buru atau kelelahan.

"Aku wong Rembang dewe, Pak…" lirih suara itu keluar dari bibir Mbak Sri. Nada Jawa yang lugu namun jujur menyelinap masuk ke ruang empati yang jarang disentuh di tengah kerasnya jalanan.

Polisi itu sempat terdiam. Di hadapannya bukan pelanggar hukum semata, melainkan potret nyata kehidupan rakyat kecil: perempuan pekerja yang terhimpit oleh kebutuhan, waktu, dan kadang lupa.

Akhirnya, bukan tilang yang diberikan, tapi peringatan. Sebentuk kebijakan manusiawi yang tak tertulis di buku peraturan, namun hidup di hati mereka yang mau melihat lebih dalam dari sekadar pelanggaran.

Mbak Sri melanjutkan perjalanannya dan kali ini dengan kepala terangkat dan hati penuh kesadaran. Kesadaran bahwa keselamatan bukan perkara jarak, tapi soal tanggung jawab. Dan bahwa di balik aturan yang tampak kaku, masih ada ruang untuk pemahaman.

Kisah kecil ini terjadi di sebuah simpang jalan di Rembang, namun pesannya menyentuh luas: bahwa hukum yang berpihak kepada manusia adalah hukum yang paling dikenang. Dan bahwa kebaikan kecil, seperti helm yang dipakai esok hari, bisa jadi penyelamat yang tidak hanya menahan peluit, tapi juga nyawa.

***

Sumber: RB Rembang Bersuara.

0 Komentar

© Copyright 2025 - Queensha Jepara
PT Okada Entertainment Indonesia