Foto, diakses dari situs Dutch Colonial Maps dengan citra Google Maps terkini. |
Queensha.id - Jepara,
Bencana abrasi atau pengikisan garis pantai kini tak lagi menjadi persoalan eksklusif wilayah Demak. Di Kabupaten Jepara, tepatnya di Desa Surodadi, Kecamatan Kedung, abrasi laut telah berlangsung puluhan tahun dan menggerus perlahan-lahan area tambak produktif milik warga. Bukti nyata pergeseran garis pantai bisa dilihat jika membandingkan peta lawas tahun 1914 dengan peta digital terkini.
Awak media lokal mengungkapkan temuan mencengangkan setelah membandingkan peta kolonial Belanda tahun 1914 yang diakses dari situs Dutch Colonial Maps dengan citra Google Maps terkini. Dalam peta tempo dulu, kawasan tambak Desa Surodadi terlihat masih utuh, memanjang dari Kali Panggung hingga Kaligawe. Sementara dalam peta sekarang, banyak dari tambak itu telah hilang hingga amblas menjadi bagian dari laut Jawa.
Salah satu contoh nyata dapat dilihat di area selatan Kali Panggung. Dalam peta lama, dua deret tambak dengan luas mencapai dua hektare membentang rapi. Namun kini, hanya satu deret yang tersisa, itu pun luasnya telah menyusut drastis hingga 40 persen. Secara keseluruhan, diperkirakan lebih dari 20 hektare tambak lenyap akibat abrasi selama beberapa dekade terakhir.
Madnur, warga setempat yang menggantungkan hidup dari tambak garam, mengaku sudah merasakan langsung dampak abrasi. Dari lahan tambak seluas 1,9 hektare yang dulu ia kelola, kini hanya tersisa sekitar 1,1 hektare.
“Kalau dihitung, tambak yang hilang ada puluhan hektare untuk Desa Surodadi saja, belum termasuk desa lainnya. Abrasi ini sudah lama terjadi, dari Kedungmalang ke utara sampai Teluk Awur semua terdampak,” ujar Madnur kepada Kabarseputarmuria.
Yang lebih mengkhawatirkan, abrasi tak hanya mengancam sumber ekonomi warga, tetapi juga menimbulkan potensi bencana ekologis dan sosial yang lebih besar. Setiap musim hujan dan pasang besar, tanggul-tanggul darurat buatan warga jebol dihantam ombak.
“Kami hanya bisa buat tanggul kecil dari tanah atau bambu. Tapi tiap musim hujan pasti jebol. Kami berharap pemerintah turun tangan, kalau bisa dibuatkan tanggul permanen dari beton, seperti di Semarang atau Pekalongan,” tambah Madnur.
Desakan warga Desa Surodadi seharusnya menjadi alarm bagi Pemerintah Kabupaten Jepara. Abrasi bukan hanya menggerus tanah, tapi juga masa depan ekonomi pesisir, termasuk sektor perikanan dan produksi garam. Upaya mitigasi jangka panjang seperti pembangunan sabuk pantai, penanaman mangrove, atau pembangunan tanggul beton permanen harus segera dipertimbangkan.
Apabila tak segera ditanggulangi, abrasi bisa terus menghapus garis pantai Jepara sedikit demi sedikit—dan yang tertinggal hanya cerita, serta peta lama yang menunjukkan betapa luasnya daratan yang pernah ada.
***
Sumber: Muin.
0 Komentar