Foto, salah satu penampakan pocong. |
Queensha.id - Jepara,
Suasana mencekam menyelimuti Desa Mambak, Kecamatan Pakis Aji, Kabupaten Jepara. Ketakutan kini menggantung di tiap sudut desa setelah penebangan sejumlah pohon jati tua di area pemakaman. Alih-alih membawa rasa aman, keputusan tersebut justru menyisakan tanda tanya besar dan memicu rentetan peristiwa mistis yang membuat warga resah.
Penebangan pohon dilakukan dengan alasan keselamatan. Pohon-pohon tua yang telah keropos dikhawatirkan roboh dan membahayakan peziarah. Namun, langkah tersebut malah memicu kekhawatiran baru: keresahan terhadap "penunggu" yang diyakini terusik dari tempatnya bersemayam.
Tawa Tengah Malam dan Bayangan Mengintai
Sepekan terakhir, kisah-kisah ganjil mulai bermunculan dari warga berbagai RT. Ulfa, warga RT 1/3, menjadi salah satu saksi pertama dari keanehan itu. Sekitar pukul 2 dini hari, saat sedang mencuci baju di halaman rumah, ia mendengar suara tawa perempuan yang sayup, lalu semakin jelas.
“Pas suara ketiga itu, benar-benar jelas. Saya tengok kanan kiri nggak ada siapa-siapa. Langsung saya lari ke dalam rumah dan ngunci pintu. Merinding semua badan,” kisah Ulfa.
Cerita serupa dialami Siti, warga RT yang sama. Pulang malam setelah membantu tetangga membuat makanan ringan, ia merasa dibuntuti oleh sesuatu yang tak kasat mata. Sosok perempuan berambut panjang berdiri diam di ujung jalan, membuatnya lari ketakutan sambil berteriak.
Sementara itu, Mbak Ton dari Dukuh Krajan mengaku mengalami kejadian menyeramkan saat pulang dari sholat Subuh berjamaah. Ia melihat seorang perempuan berdiri di dekat pohon srikoyo. Disangka tetangga, ia sempat menyapa. Namun, saat ditengok kembali, sosok itu telah lenyap.
“Padahal tadi jelas-jelas itu ana, saya yakin bukan bayangan,” katanya sembari menunjukkan bulu kuduknya yang meremang.
Antara Mitos dan Kenyataan
Warga mulai menghubungkan kejadian ini dengan pohon-pohon jati yang ditebang dari area pemakaman. Dalam kepercayaan masyarakat lokal, pohon-pohon besar yang tumbuh di tanah kuburan sering diyakini sebagai tempat ‘berdiam’ makhluk halus. Maka ketika habitat mereka dirusak, makhluk-makhluk itu diduga merasa terusik.
“Mungkin ada yang marah. Tempat tinggalnya ditebang, jadi gentayangan,” tutur Mbak Ton.
Isu tentang kuntilanak gentayangan pun menyebar cepat lintas RT, dari obrolan warung kopi hingga grup WhatsApp warga. Sebagian mulai membatasi aktivitas di luar rumah selepas Maghrib. Jalan-jalan desa yang biasanya ramai, kini terasa lengang dan sunyi.
Suasana Desa Tak Lagi Sama
Ketegangan ini memperkuat narasi mistis yang berkembang sejak lama di daerah pegunungan dan hutan Jepara. Bagi warga yang mempercayai bahwa alam punya “penghuni” lain selain manusia, kejadian ini bukan sekadar kebetulan.
Beberapa tokoh masyarakat dan perangkat desa mulai mempertimbangkan menggelar doa bersama di area pemakaman, sebagai bentuk penghormatan dan permohonan agar suasana desa kembali tenang.
“Kami tidak ingin membuat suasana makin panik, tapi warga butuh rasa aman. Kalau perlu ya kita gelar tahlil bersama,” ungkap seorang tokoh RT.
Menunggu Jawaban di Balik Keheningan
Apakah deretan kejadian ini hanyalah efek psikologis dari trauma pasca penebangan? Atau memang ada sesuatu dari dunia lain yang sedang mencoba menyampaikan pesan?
Yang jelas, malam-malam di Mambak kini berubah drastis. Sunyi yang mencekam, tawa tak bertuan, dan bayangan samar jadi bagian dari realitas baru. Sebuah ketenangan yang berganti dengan ketakutan dari satu pohon tua yang tumbang, kini seisi desa seakan ikut diguncang.
***
Sumber: G7/AR.
0 Komentar