Queensha.id - Edukasi Sosial,
Setiap Idul Adha tiba, pemandangan sakral penyembelihan hewan kurban menjadi momen haru dan reflektif bagi umat Islam. Namun ada satu hal yang sering memicu rasa iba sekaligus tanya dalam hati: mengapa sapi atau kerbau kadang terlihat “menangis” sebelum disembelih?
Fenomena ini tak jarang menjadi perbincangan di masyarakat. Banyak yang percaya, hewan-hewan itu tahu ajalnya akan tiba, dan air mata mereka adalah wujud kepasrahan atau bahkan kesedihan. Lalu, apa sebenarnya yang terjadi? Apakah ini sekadar ekspresi emosional, atau ada makna yang lebih dalam?
Pandangan Ilmiah: Bukan Menangis, tapi Respons Biologis
Menurut para ahli etologi (ilmu perilaku hewan), sapi dan kerbau memang bisa mengalami stres. Mereka memiliki sistem saraf yang memungkinkan untuk merasakan rasa takut, cemas, dan trauma.
“Air mata yang keluar bukan berarti mereka menangis dalam arti emosional seperti manusia. Itu bisa terjadi karena stres, debu, atau reaksi alami tubuh terhadap ketegangan,” ujar Dr. Sinta Wulandari, dosen Fakultas Kedokteran Hewan UGM.
Selain itu, hewan juga memiliki insting tajam. Mereka bisa mencium bau darah atau mendengar suara jeritan hewan lain, yang memicu ketakutan secara alami. Namun, ini bukan bentuk kesadaran spiritual bahwa mereka akan mati. “Mereka merasa terancam, bukan karena tahu mereka akan menjadi kurban,” lanjutnya.
Pandangan Islam: Ibadah yang Harus Penuh Kasih Sayang
Dalam Islam, penyembelihan hewan kurban adalah ibadah yang sangat dimuliakan. Namun, prosesnya harus dijalankan dengan tata cara yang penuh kasih sayang dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan terhadap makhluk hidup.
Nabi Muhammad Saw bersabda:
"Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat ihsan (baik) dalam segala hal. Maka jika kalian membunuh, bunuhlah dengan cara yang baik, dan jika kalian menyembelih, sembelihlah dengan cara yang baik."
(HR. Muslim)
Itulah mengapa Islam melarang menyembelih hewan di depan hewan lain, menunjukkan pisau, atau memperlakukan mereka dengan kasar. Bahkan dianjurkan agar hewan diberi minum, ditenangkan, dan dibaringkan dengan lembut sebelum disembelih.
Air mata mereka, dalam pandangan sebagian ulama, adalah tanda kepekaan makhluk Allah terhadap takdirnya—namun tidak ada dalil yang secara tegas menyatakan bahwa hewan itu "menangis karena tahu akan mati".
Refleksi Spiritual: Mengapa Kita yang Justru Harus Menangis?
Jika hewan kurban bisa menunjukkan rasa takut dan oleh sebagian orang dianggap bentuk kepasrahan, maka manusia seharusnya merenung lebih dalam. Karena sesungguhnya, kurban adalah simbol pengorbanan dan ketundukan hamba kepada Tuhannya.
Kita yang menyaksikan seharusnya mengambil pelajaran: Apakah kita sudah setunduk dan seikhlas itu dalam menjalani perintah Allah? Apakah kita juga siap berkorban demi kebaikan dan keikhlasan seperti Ibrahim dan Ismail?
Jadi, sapi atau kerbau yang tampak “menangis” saat hendak disembelih bukanlah fenomena gaib atau spiritual dalam arti mutlak, melainkan gabungan respons biologis dan naluri alami. Namun Islam memerintahkan agar hewan tetap diperlakukan dengan penuh kasih, bahkan dalam momen penyembelihan.
Air mata mereka, sejatinya, bisa menjadi cermin bagi kita untuk lebih sadar diri—bahwa setiap ibadah bukan sekadar ritual, tapi panggilan jiwa untuk mendekat kepada Sang Pencipta.
Mereka mungkin tidak tahu mereka akan mati, tapi kita tahu bahwa kita akan. Maka, siapa yang seharusnya menangis?
***
Sumber: BS.
0 Komentar