Queensha.id - Demak,
Dunia pendidikan kembali dikejutkan oleh viralnya video seorang guru di SMP Negeri 1 Karangawen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, yang melakukan tindakan kekerasan terhadap muridnya. Dalam video berdurasi sekitar 30 detik itu, tampak guru IPA berinisial G naik ke atas meja sambil menendang kepala seorang siswa laki-laki. Video tersebut diunggah oleh akun Facebook bernama Ha We ke grup Info Warga Karangawen dan telah menyulut kemarahan netizen sejak awal pekan ini.
Namun, situasi yang sempat memanas akhirnya menemui titik terang. Pada Rabu siang malam (11/6), telah berlangsung pertemuan antara pihak sekolah, guru yang bersangkutan, dan orang tua murid yang menjadi korban. Dalam pertemuan itu, disepakati sebuah akad damai dengan dua permintaan utama dari orang tua siswa:
1. Tindakan serupa tidak boleh terulang kembali di lingkungan sekolah.
2. Anak mereka harus kembali merasa nyaman untuk belajar di sekolah.
Guru G yang menjadi sorotan dalam video tersebut tampak hadir dan secara langsung menyampaikan permintaan maaf kepada orang tua siswa dengan menggunakan bahasa Jawa Tengah yang halus dan penuh penyesalan.
“Saking dhasaré kulo emosional, kulo nyuwun pangapunten sanget. Mboten maksud nglarani, mugi kulo diparingi pangapurone,” ujar G dengan suara tertunduk.
Sang guru, yang dikenal bertubuh kurus dan berpenampilan sederhana dengan peci hitam khasnya, mengakui kesalahan yang dilakukannya dan berjanji akan memperbaiki metode pembelajarannya ke depan. Kepala sekolah dan perwakilan dari Dinas Pendidikan juga hadir dalam forum tersebut dan turut memberikan pernyataan bahwa proses pembinaan akan dijalankan terhadap guru tersebut.
Viral dan Menuai Kecaman
Dalam video yang viral, tampak suasana kelas yang penuh tekanan. Guru G berdiri di atas meja, menyudutkan siswa sambil membentaknya dengan kalimat bernada interogatif dan menendang kepala siswa sebanyak tiga kali.
“Ngomong..! Koncomu biasane sopo?” teriak guru itu. Siswa tampak kebingungan dan ketakutan, tak mampu menjawab dengan jelas di tengah gelak tawa sebagian teman sekelasnya. Momen ini memicu kemarahan publik yang menyaksikan unggahan tersebut.
Komentar pedas dari warganet langsung membanjiri unggahan asli. Salah satu yang paling mencuri perhatian datang dari akun Mas Kucir Toto yang menulis:
"Mohon klarifikasi dari Bpk Guru SMP N 1 Karangawen.... Boleh marah sama anak didik.... tapi seharusnya jangan begitu...” tulisnya, mewakili rasa geram banyak netizen lain.
Pendidikan yang Menenangkan, Bukan Menakutkan
Kejadian ini menjadi pengingat keras bahwa sekolah harus menjadi tempat yang aman bagi siswa, bukan ladang kekerasan. Meskipun konflik telah diselesaikan secara kekeluargaan, masyarakat masih berharap ada evaluasi serius dalam sistem pengajaran dan pembinaan guru.
Dalam pernyataan penutup, orang tua siswa mengatakan, “Kami tidak ingin memperpanjang masalah. Tapi kami ingin anak kami belajar dengan tenang, tidak merasa terancam," harap orang tua siswa.
Kepala sekolah menyatakan bahwa guru G akan dibina lebih lanjut secara profesional dan diminta mengikuti program pelatihan pengendalian emosi dan pendekatan pedagogis berbasis empati.
Kasus ini pun menjadi bahan refleksi besar bagi dunia pendidikan: mendidik bukan untuk melukai, mengajar bukan untuk menakut-nakuti. Kini, publik menantikan apakah sekolah akan benar-benar berubah setelah badai ini mereda.
***
Sumber: BS.
0 Komentar