Queensha.id - Edukasi Sosial,
Oleh Redaksi.
“Pak, beliin HP.”
“Iya… nanti kita ke konter…”
Sepotong percakapan sederhana antara anak dan ayah ini bisa terdengar sangat biasa. Tapi jika kita menengok lebih dalam, tersimpan kepedihan yang tak semua mata bisa lihat. Dalam ilustrasi yang viral di media sosial, sang anak tampak sedih karena permintaannya belum juga terpenuhi. Namun di balik senyum tenang sang ayah, tertancap banyak "pisau" tak kasatmata: capek, pekerjaan, sakit, kesepian, tekanan, stres, hingga depresi.
Ini adalah potret nyata banyak ayah di luar sana.
Ayah, Pilar Diam yang Sering Terlupakan
Tak seperti ibu yang sering mendapat tempat istimewa dalam ekspresi kasih sayang, sosok ayah kadang menjadi figur yang hanya terlihat sebagai penyedia kebutuhan. Kita lupa bahwa di balik rutinitasnya, ada manusia biasa yang juga bisa lelah, sedih, bahkan hancur. Seorang ayah sering kali harus mengubur perasaannya dalam-dalam demi menjaga senyum di wajah anak-anaknya.
Namun anak-anak tak selalu tahu atau peduli. Permintaan demi permintaan terus diajukan. Tak jarang tanpa mempertimbangkan apakah sang ayah mampu atau tidak, siap atau belum. Ketika keinginan tak kunjung dituruti, ayah pun bisa dianggap tak perhatian.
Antara Tuntutan dan Tanggung Jawab
Bagi seorang ayah, menolak permintaan anak adalah beban yang berat. Rasa bersalah, gagal, dan takut mengecewakan kerap menghantui. Maka tak heran, banyak ayah yang memilih mengiyakan, meskipun dalam hati mereka menangis. Mereka mencari cara, mengorbankan waktu istirahat, bahkan kesehatan, hanya untuk bisa memberi yang terbaik.
Namun, sampai kapan harus begini?
Pentingnya Kesadaran Sejak Dini
Sudah saatnya anak-anak—terutama yang mulai beranjak remaja—memiliki kesadaran emosional. Anak harus belajar memahami bahwa orang tua, terutama ayah, bukanlah mesin pencetak uang. Ayah adalah manusia biasa yang punya batas tenaga, waktu, dan kemampuan.
1. Maka anak perlu belajar:
2. Bersyukur atas apa yang sudah diberikan.
3. Bersabar atas apa yang belum bisa didapatkan.
4. Berempati, menanyakan kabar ayah bukan hanya saat ada keperluan.
5. Bersikap bijak, membedakan antara keinginan dan kebutuhan.
Di Balik Setiap Janji Ayah, Ada Doa yang Tak Pernah Padam
Ayah mungkin tak selalu berkata "aku sayang kamu". Tapi di setiap peluhnya, di setiap jam lembur, di setiap janji yang tertunda, terselip doa dan harapan agar anak-anaknya bisa hidup lebih baik dari dirinya.
Jangan tunggu sampai ayah benar-benar lelah untuk mulai peduli. Mulailah dari hari ini—dengarkan dia, hargai dia, peluk dia. Karena ayah, sama seperti kita semua, juga butuh dipahami dan dicintai.
***
Sumber: BS.
0 Komentar