Notification

×

Iklan

Iklan

Cinta yang Membakar Usaha, Pengusaha Mebel Jepara yang Terkapar karena LC

Senin, 02 Juni 2025 | 18.25 WIB Last Updated 2025-06-02T11:49:37Z
Foto, ilustrasi edukasi sosial.


Queensha.id - Jepara,

Cinta bisa membuat seseorang bersemangat, namun bisa juga menjerumuskan. Inilah kisah getir seorang pengusaha mebel dari Jepara, Purwanto (45), yang terlena dalam asmara dengan seorang pemandu karaoke (LC) hingga perlahan kehilangan segalanya: usaha, harta, dan keluarga.

Purwanto merupakan warga Desa di Kecamatan Mlonggo, Jepara. Sebelumnya, ia dikenal sebagai pengrajin mebel jati yang cukup berhasil. Setiap pekan, ia rutin menyetorkan barang ke beberapa gudang mebel di Jepara dan Kudus. Namun, titik balik hidupnya terjadi saat mengenal Diana, seorang LC atau pemandu karaoke asal Pati yang ngekos di Desa Demeling, Kecamatan Mlonggo.

Pertemuan pertama mereka terjadi di salah satu tempat karaoke kawasan pantai Pungkruk, Mororejo, Mlonggo di area hiburan malam yang cukup populer di Jepara. Sejak saat itu, perhatian dan dompet Purwanto seakan hanya tertuju pada Diana. Setiap kali mendapat uang dari hasil menjual mebel, alih-alih mengutamakan kebutuhan rumah tangga, ia lebih memilih membelanjakan uang tersebut untuk jalan-jalan dan memenuhi keinginan Diana.

“Istri dan anaknya sering cuma dapat uang sisa,” ungkap seorang tetangga yang enggan disebutkan namanya.

Dalam tiga tahun terakhir, keretakan rumah tangga itu perlahan mencuat. Purwanto yang semula memiliki tiga unit sepeda motor Honda Vario untuk istri, Yamaha Vixion untuk dirinya, dan Honda Beat untuk anaknya yang SMA, satu per satu mulai menjual kendaraan keluarga tersebut. Alasan yang disampaikan untuk istri dan anak-anaknya selalu soal “modal kerja mebel,” namun kenyataannya uang itu digunakan untuk membiayai hubungan terlarangnya dengan sang LC.

“Waktu awal kenal di karaoke, dia bisa habis dua juta dalam semalam hanya untuk minuman, rokok, dan tips,” tambah warga lainnya.

Meski banyak yang tahu soal hubungan tak wajar ini, sang istri tetap bertahan. Bahkan setelah motor istri dijual, dan usaha mebel mulai terseok-seok, ia masih memilih bersabar demi anak-anak mereka yang masih duduk di bangku SMA dan SMP.

Namun roda terus berputar. Mobil pickup yang digunakan untuk mengangkut mebel juga akhirnya terjual. Pendapatan menurun drastis, pelanggan mulai berkurang, dan kepercayaan kolega pun luntur. Purwanto resmi bangkrut. Kini, ia hanya menyisakan satu motor Vixion, sementara istri dan dua anaknya terpaksa pindah ke rumah orang tua sang istri.

Ironisnya, hingga kini status pernikahan mereka belum resmi bercerai. Rumah tangga itu menggantung, seperti kisah cinta antara Purwanto dan Diana yang juga tak tentu arah.


Realita yang Tak Terbantahkan

Kisah ini menjadi potret buram bagaimana cinta bisa menjadi bencana ketika hilang kendali. Terlalu larut dalam hubungan yang dibangun di atas peran profesional, bisa menyesatkan.

“Bijaklah mencinta, jangan jatuh hati pada peran yang dibayar untuk menemani,” tutur seorang warga yang prihatin dengan nasib keluarga Purwanto.

Desa Mororejo dan Demeling, yang semula hanya dikenal sebagai kawasan pinggiran dan kos-kosan pekerja hiburan malam, kini menjadi saksi dari runtuhnya satu keluarga akibat cinta yang salah tempat.

Purwanto kini tak lagi dikenal sebagai pengusaha sukses. Ia hanyalah pria yang gagal membedakan kasih sayang tulus dan perhatian karena bayaran. Sebuah pelajaran pahit bagi siapa pun yang melupakan prioritas dan tak bijak dalam menempatkan cinta.


Catatan Redaksi:

Cerita ini ditulis berdasarkan laporan warga dan observasi lapangan. Nama Diana dan Purwanto digunakan sebagai nama samaran untuk melindungi identitas narasumber. Artikel ini bertujuan sebagai refleksi sosial, bukan untuk menghakimi personal, melainkan untuk membuka mata akan pentingnya menjaga batas dalam hubungan sosial dan keluarga.

***

Sumber: BS.

×
Berita Terbaru Update