Breaking News

Bermodal Tekun dan Tak Malu: Kisah Inspiratif Pak Hajir Penjual Ayam Goreng Keliling dari Mutih Wetan Demak

Foto, pak Hajir (53), warga Desa Mutih Wetan, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak.

Queensha.id - Demak,

Dalam dunia usaha, bukan hanya modal materi yang dibutuhkan, tetapi juga semangat pantang menyerah, keberanian menghadapi tantangan, dan kerendahan hati. Itulah nilai-nilai yang dipegang teguh oleh Hajir (53), warga Desa Mutih Wetan, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak. Meski telah memiliki warung ayam goreng yang cukup dikenal, pria ini tetap setia menjajakan dagangannya berkeliling setiap pagi.

“Kalau sore sampai malam saya jaga warung ayam goreng, tapi pagi habis Subuh keliling jualan seperti ini. Murah meriah, Rp10 ribu dapat tiga potong,” tutur Pak Hajir saat ditemui Kabarseputarmuria, Kamis (19/6/2025), sambil mendorong gerobaknya menyusuri jalanan desa.

Pak Hajir bukanlah pendatang baru di dunia perdagangan. Sebelum menekuni bisnis kuliner, ia sempat merantau ke Kalimantan, menjajakan pakaian. Ia mengambil barang dagangan dari pasar Tegal Gubug dan menjualnya ke berbagai pasar di Banjarmasin. Usaha itu sempat berjalan lancar hingga badai krisis moneter melanda Indonesia pada akhir 1990-an. Sepinya pasar membuatnya memutuskan pulang kampung.

Alih-alih menyerah pada nasib, Pak Hajir justru bangkit. Ia membuka warung tenda ayam goreng di pinggir jalan, dengan lokasi awal di Jepara. Tak disangka, warungnya langsung ramai pembeli. “Entah rezeki atau bagaimana, waktu itu Jepara malah ramai. Mungkin karena ekspor mebel tetap jalan, jadi banyak uang dolar masuk. Tukang-tukang dapat upah tinggi, warung saya pun ikut ramai,” kenangnya.

Kesuksesan awal itu membawanya membuka dua cabang lagi, meski kini hanya warung di Kalipucang yang masih bertahan. Seiring waktu, kondisi ekonomi mengalami fluktuasi, tapi semangat Pak Hajir tak pernah luntur. “Yang namanya usaha ya naik turun. Jualan keliling ini juga kadang laku banyak, kadang sisa. Tapi saya jalani dengan ikhlas. Rezeki ada yang ngatur, yang penting kita usaha,” ucapnya mantap.

Tak hanya tekun berdagang, Pak Hajir juga sangat peduli terhadap pendidikan anak-anaknya. Meski dengan penghasilan yang pas-pasan, ia tak ragu membiayai kuliah mereka dari kantong pribadi, tanpa beasiswa.

Anak sulungnya kini telah lulus dan menjadi dosen di IAIN Kudus, anak keduanya masih menempuh studi di UIN Walisongo Semarang, dan si bungsu tengah duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar.

“Saya dulu ingin kuliah setelah lulus dari MA Darul Ulum Purwogondo, tapi karena tak ada biaya, saya akhirnya mondok di Sarang. Makanya sekarang saya ingin anak-anak saya semua sarjana. Biar hidupnya lebih baik dari saya,” ujar Pak Hajir dengan mata berbinar.

Di balik kesederhanaannya, kisah Pak Hajir adalah potret nyata dari semangat pantang menyerah. Ia membuktikan bahwa keberhasilan tak selalu lahir dari keberuntungan, tapi dari ketekunan, kerja keras, dan doa. Dari balik gerobak ayam goreng dan warung sederhana, ia menanam benih masa depan cerah untuk keluarganya.

Dan siapa sangka, dari jalanan desa Mutih Wetan, seorang anak penjual ayam goreng kini berdiri di depan kelas sebagai dosen. Sebuah kisah yang layak kita renungkan — tentang arti kerja keras, pengorbanan, dan cinta seorang ayah.

***

Sumber: Muin.

0 Komentar

© Copyright 2025 - Queensha Jepara
PT Okada Entertainment Indonesia