Notification

×

Iklan

Iklan

Berumah Tangga Ibarat Ngopi, Filosofi Pahit-Manis yang Menyeduh Cinta

Jumat, 27 Juni 2025 | 10.53 WIB Last Updated 2025-06-27T03:54:52Z

Foto, saat ngopi bersama penuh kasih sayang.

Queensha.id - Edukasi Sosial,

Dalam hiruk-pikuk kehidupan rumah tangga yang kadang melelahkan, sebuah unggahan sederhana dari akun Facebook bernama Rahma Fitri mendadak menyeduh kesadaran banyak orang. Lewat metafora kopi, ia menulis dengan jernih dan tajam tentang lika-liku pernikahan. Filosofi yang ia sampaikan bukan hanya menyentuh, tapi juga menyentil—tentang pahit, manis, hingga aroma cemburu dalam ikatan suami istri.

Berumah tangga itu ibarat ngopi. Takarannya gak melulu pas,” tulis Rahma. Sebuah kalimat pembuka yang sederhana, namun dalam maknanya. Ia mengajak pembaca untuk memahami bahwa tidak setiap momen rumah tangga akan terasa manis. Kadang kala pahitnya justru mendominasi. Namun di situlah seni menikmatinya: seperti kopi yang justru digemari karena pahitnya yang khas.

Lebih dari Sekadar Rasa: Ini Soal Suasana

Dalam tulisannya, Rahma mengibaratkan suasana rumah tangga layaknya suasana di kedai kopi. "Harga kopi di kafe tentu beda dengan di warung. Karena yang dibeli bukan semata kopinya, tapi suasananya," tulisnya. Sebuah analogi kuat yang menyentuh realitas: rumah tangga bukan hanya tentang tinggal bersama, tapi bagaimana menghadirkan kenyamanan dalam kebersamaan.

Ia mendorong pasangan untuk "memahalkan suasana rumah tanggamu"—yakni dengan menjaga kualitas interaksi, waktu, dan penghargaan satu sama lain. Karena rumah yang mahal bukan ditentukan oleh harga bangunannya, melainkan nilai emosional dan spiritual yang tertanam di dalamnya.

Jangan Hanya Ingin Manis, Tapi Tak Siap Pahit

Dalam narasinya, Rahma menyentil mereka yang hanya ingin manisnya pernikahan. “Kalau kau hanya mau manisnya saja, jangan ngopi—tapi minumlah sirup,” tulisnya lugas. Sirup, yang ia sebut sebagai metafora hidup lajang, hanya menawarkan rasa manis. Namun tetap saja, ia menekankan, rasa itu takkan senikmat kopi.

Pahit-manis rumah tangga adalah keniscayaan. Dan siapa pun yang berani berkomitmen, harus belajar menjadi peracik rasa: “Istri pemasak airnya, suami baristanya,” tulisnya. Kerja sama, saling memahami, dan menakar rasa adalah kunci agar pernikahan tetap terasa nikmat meski aroma pahit kadang menyapa.

Soal Ampas, Krimer, dan Bahaya Sianida

Namun tak berhenti di situ, Rahma menyentuh sisi sensitif rumah tangga: pihak ketiga. Dalam metafora cerdasnya, ia menyamakan krimer dan susu sebagai saudara dan mertua yang kadang menambah rasa, namun bila berlebihan bisa merusak racikan.

Lebih tajam lagi, ia menulis, "Campuran lain yang mematikan adalah sianida. Kalo yang ini sudah pasti mantan." Sebuah peringatan tentang bagaimana masa lalu atau orang ketiga bisa meracuni hubungan yang sedang dibangun.

Unggahan ini tidak hanya viral karena puitis, tapi juga karena relatable. Banyak netizen mengaku merasa “tertampar” oleh kalimat demi kalimatnya, terutama ketika menyentil tentang cemburu, selingkuh kecil, dan kelalaian seorang suami dalam menjaga setia.

Kopi Pahit, Tapi Rumah Tangga Jangan

Rahma menutup tulisannya dengan kalimat lembut namun menusuk:

“Kopi boleh pahit, rumah tanggamu jangan...”

Sebuah penutup yang menjadi seruan moral, terutama bagi pasangan muda yang kadang terjebak pada ekspektasi romantis berlebihan. Rumah tangga butuh kerja keras, rasa syukur, dan komunikasi. Seperti kopi, ia dinikmati bukan karena selalu manis, tapi karena rasa dan proses yang diseduh bersama.

Dari sebuah unggahan Facebook, kita belajar satu hal:
Menikah bukan tentang mencari rasa sempurna, tapi belajar menyeduh cinta dari pahit dan manis yang datang silih berganti.

Karena sejatinya, berumah tangga memang ibarat ngopi.

***

Sumber: Rahma Fitri.

×
Berita Terbaru Update