Breaking News

Cuaca Buruk Tunda Produksi, Harga Garam di Demak Melambung

Foto, petani garam di Demak.


Queensha.id - Demak,

Perubahan cuaca yang kembali menunjukkan tren musim hujan membawa dampak langsung pada sektor produksi garam di Kabupaten Demak. Lahan-lahan garam yang sejatinya siap dipanen kini terpaksa menunggu panas matahari yang tak kunjung stabil. Dalam beberapa hari terakhir, hujan terus mengguyur wilayah pesisir, membuat proses kristalisasi garam tak bisa berjalan.

Kondisi ini menyebabkan harga garam kembali naik setelah sebelumnya sempat stagnan bahkan turun. Kenaikan harga ini menjadi angin segar bagi petambak yang masih memiliki sisa stok garam di lahan maupun gudang.

Anam (35), seorang pedagang garam asal Desa Kedungkarang, Kecamatan Wedung, mengungkapkan bahwa dalam beberapa hari terakhir, harga garam di tingkat petambak mengalami lonjakan cukup signifikan.

“Saat ini saya beli garam di lahan Rp110 ribu per kwintal. Kenaikan ini terjadi setelah hujan mulai turun di wilayah produksi. Selain itu, permintaan dari luar daerah juga naik. Meskipun harga naik, pembeli tetap mau ambil,” ujarnya kepada Kabar Seputar Muria, Kamis (12/6/2025).

Menurut Anam, kondisi ini jelas menguntungkan para petambak yang masih menyimpan garam hasil panen sebelumnya. Terlebih lagi, pasokan garam kini semakin menipis sementara kebutuhan pasar justru meningkat.

“Awal panen tahun ini harga garam sekitar Rp90 ribu per kwintal. Setelah panen raya, sempat turun sampai Rp70 ribu. Tapi sekarang sudah naik lagi ke Rp110 ribu,” tambahnya.


Produksi Terancam Mundur

Jika cuaca hujan terus berlanjut, Anam memperkirakan produksi garam di tahun ini akan mengalami kemunduran. Biasanya, petambak di wilayah Demak sudah mulai panen pada bulan Juni. Namun hingga pertengahan bulan ini, belum ada satu pun petambak yang memulai panen.

“Awan mendung masih sering muncul, dan air rob juga cukup tinggi. Jadi belum ada yang bisa mulai produksi,” ujarnya.


Stok Menipis, Harga Bisa Melonjak Lagi

Tak hanya terganggunya produksi, stok garam petambak yang mulai menipis turut mendorong harga terus naik. Garam simpanan di gudang sebagian besar sudah dijual. Di sisi lain, permintaan pasar tidak menunjukkan penurunan.

“Kalau sampai tahun ini gagal produksi, bisa jadi harga garam naik lagi seperti beberapa tahun lalu, waktu itu sampai Rp300 ribu per kwintal,” kata Anam mengingat lonjakan harga ekstrem yang pernah terjadi.

Kondisi ini menjadi perhatian serius bagi pelaku industri garam. Ketergantungan pada cuaca menjadi tantangan tahunan yang belum juga teratasi. Harapan kini tertuju pada perubahan cuaca agar musim kemarau benar-benar tiba, sehingga petambak bisa kembali memulai produksi.

Sumber: Muin.

0 Komentar

© Copyright 2025 - Queensha Jepara
PT Okada Entertainment Indonesia