Foto, hitam putih, Bung Karno di makam Ratu Kalinyamat, Jepara. |
Queensha.id - Jepara,
Tak banyak yang tahu, Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Sukarno, pernah menginjakkan kaki di tanah Jepara untuk berziarah ke makam salah satu tokoh perempuan paling berani dalam sejarah Nusantara: Ratu Kalinyamat. Momen bersejarah itu terjadi pada 13 September 1952, sebagaimana terekam dalam arsip foto yang kini tersimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).
Dalam foto hitam putih itu, Bung Karno terlihat khidmat di kompleks makam Ratu Kalinyamat, yang terletak di Desa Mantingan, Kecamatan Tahunan. Kunjungannya bukan hanya sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan sang ratu, tetapi juga untuk menggugah kembali semangat kebangsaan rakyat Indonesia pasca kemerdekaan.
Yang menarik, perjalanan Bung Karno kala itu menuju ke makam Ratu Kalinyamat dilakukan lewat jalur selatan pesisir Jepara yang jalur yang saat ini tak lagi bisa dilalui. Jalan yang dulu dilintasi sang proklamator kini sebagian besar telah hilang, terkikis abrasi laut.
Jalur yang dimaksud membentang dari Desa Kedungmalang, melewati Desa Surodadi, Panggung, Bulak Lama, Tanggul Tlare, hingga Desa Semat sebelum akhirnya mencapai Mantingan. Pada tahun 1950-an, jalan itu masih utuh, lengkap dengan jembatan yang melintasi beberapa sungai pesisir. Dari jembatan, para pelintas bisa melihat langsung panorama pantai yang membentang di sisi barat.
Namun seiring waktu, sekitar tahun 1980-an, abrasi mulai menggempur pesisir Jepara secara masif. Gelombang laut perlahan namun pasti menggerus daratan, dan jalan yang dahulu dilalui Bung Karno kini tenggelam menjadi bagian dari laut.
“Yang paling jelas terlihat adalah hilangnya Desa Bulak yang kemudian direlokasi menjadi Desa Bulak Baru,” ujar Muin, warga sekaligus penelusur sejarah lokal. Ia menambahkan, Dukuh Tanggul yang dahulu bagian dari Desa Tanggul Tlare juga lenyap dan direlokasi ke bagian timur desa.
Tak hanya itu, jalur yang menghubungkan Desa Panggung ke Bulak Lama, lalu ke Tanggul Tlare dan Semat, juga sudah musnah. Kini, masyarakat menggunakan jalur baru yang dibangun di atas bekas area persawahan di sebelah timur di jalur yang kini dikenal sebagai Jalan Pantura Jepara.
Menariknya, saat air laut surut, sisa-sisa puing jembatan tua dan jejak jalan lama masih bisa terlihat. Bekas-bekas itu menjadi saksi bisu bahwa tempat yang kini menjadi bagian dari laut dulunya pernah menjadi jalur darat penting yang bahkan dilalui oleh Presiden pertama Indonesia.
Kisah ini bukan sekadar nostalgia sejarah, tetapi juga pengingat keras tentang dampak perubahan iklim dan pengelolaan pesisir yang kurang optimal. Jejak Bung Karno di Jepara yang kini sebagian tenggelam di bawah air laut yang menjadi simbol kuat akan pentingnya menjaga warisan sejarah dan lingkungan.
***
Sumber: Dokumentasi Arsip Nasional dan Miftahul Muin.
0 Komentar