Breaking News

Jejak Rel yang Terlupakan: Stasiun Tayu Pati, Sisa Kejayaan Kereta Api Jalur Utara

Foto, peta zaman dulu memperlihatkan wilayah jalur kereta api di Pati.

Queensha.id - Pati, 

Di tengah hiruk-pikuk lalu lintas modern dan bangunan-bangunan baru yang menjulang, sebuah bangunan tua berdiri kokoh di tepi Jalan Ratu Kalinyamat, Desa Tayu Wetan, Kabupaten Pati. Sekilas, tak banyak orang tahu bahwa bangunan yang kini difungsikan sebagai warung kopi itu dulunya adalah saksi bisu masa kejayaan transportasi kereta api di jalur utara Jawa Tengah. Bangunan tersebut adalah Stasiun Kereta Api Tayu, peninggalan kolonial Belanda yang menyimpan kisah panjang dalam sejarah transportasi Indonesia.

Lebih dari seabad lalu, tepatnya pada 1 Mei 1900, jalur kereta api Juwana–Tayu diresmikan. Pembangunan ini merupakan bagian dari megaproyek Samarang–Joana Stoomtram Maatschappij (SJS), perusahaan kereta api swasta milik Belanda yang bertujuan mengembangkan ekonomi kawasan pesisir utara Jawa Tengah. Jalur ini membentang sejauh 25 kilometer, menghubungkan masyarakat Tayu dengan pusat perdagangan dan pemerintahan seperti Juwana, Pati, Kudus, hingga Semarang di sebelah barat. Sementara ke timur, rel mengarah hingga ke Rembang, Blora, dan Bojonegoro.

Pada masa itu, kereta api menjadi moda transportasi utama yang paling efektif dan efisien. Warga pesisir tak perlu lagi menempuh perjalanan panjang dengan gerobak atau perahu. Moda ini menjadi urat nadi ekonomi dan mobilitas masyarakat pesisir, mempercepat distribusi hasil bumi, perdagangan, dan tentu saja memperkuat kontrol kolonial atas wilayah pesisir utara.

Namun, roda zaman terus berputar. Seiring berkembangnya moda transportasi darat lainnya seperti mobil dan bus, keberadaan kereta api mulai tersisih. Pemerintah Indonesia secara resmi menutup jalur Juwana–Tayu pada tahun 1975. Dinilai tidak lagi ekonomis, rel-rel tua pun dicabut, dan sebagian besar jalurnya kini telah berubah fungsi menjadi jalan raya atau permukiman warga.

Meski demikian, jejak sejarah itu belum sepenuhnya hilang. Bangunan Stasiun Tayu yang berdiri di ujung utara jalur SJS masih bertahan. Meski tak lagi beroperasi sebagai stasiun, bangunan tersebut masih terawat secara fungsional. Warga setempat memanfaatkannya sebagai warung kopi yang ramai dikunjungi, sementara hak penguasaan tetap berada di tangan PT Kereta Api Indonesia (KAI).

Bangunan tua itu menjadi penanda zaman. Dindingnya yang tebal, bentuk atap khas kolonial, serta pintu-pintu kayu yang besar seolah mengajak siapa saja yang datang untuk membayangkan deru lokomotif yang dulu pernah singgah di sana. Sebuah nostalgia yang berharga, pengingat bahwa di titik itulah peradaban pernah berdenyut lebih cepat berkat rel-rel besi yang membelah pesisir.

Kini, muncul harapan dari sebagian masyarakat agar bangunan stasiun ini tidak dibiarkan usang begitu saja. Mereka berharap ada langkah konkret dari pemerintah daerah maupun PT KAI untuk menjadikannya cagar budaya, bahkan mungkin destinasi wisata sejarah. Setidaknya, sebagai penghargaan atas peran penting jalur kereta api Juwana–Tayu dalam membentuk wajah pesisir utara Jawa Tengah di masa lalu.

Rel mungkin telah hilang, tapi sejarah tidak boleh terlupakan.

***

Sumber: Muin.

0 Komentar

© Copyright 2025 - Queensha Jepara
PT Okada Entertainment Indonesia