Foto, Bupati Jepara Witiarso Utomo dan wakil Bupati Jepara M Ibnu Hajar. |
Queensha.id - Jepara,
Memasuki masa libur sekolah, Bupati Jepara Witiarso Utomo mengeluarkan imbauan menarik kepada seluruh satuan pendidikan di wilayahnya: sebelum melancong ke luar kota, para pelajar diharapkan lebih dahulu menjelajahi kekayaan wisata edukatif yang ada di tanah kelahirannya sendiri.
“Jika ingin keluar kota, saya minta ada syaratnya: kunjungi dulu minimal satu destinasi wisata edukasi di Jepara,” tegas Wiwit, sapaan akrab Bupati Jepara, saat memberikan keterangan kepada media pada Jumat (20/6/2025).
Menurutnya, masa liburan adalah momen strategis yang bisa dimanfaatkan untuk memperkuat rasa cinta daerah dan menggairahkan kembali sektor pariwisata lokal yang memiliki potensi besar namun seringkali luput dari perhatian warga sendiri.
Salah satu lokasi yang direkomendasikan Wiwit adalah Bumi Perkemahan Jati Cinde di Kecamatan Kembang. Berada tepat di tepi jalan penghubung Jepara–Keling, kawasan ini menawarkan atmosfer sejuk dan alami dengan pepohonan tinggi seperti mahoni dan sengon yang menaungi area perkemahan. Tempat ini bukan hanya cocok untuk berkemah, tetapi juga mendukung pembelajaran alam terbuka yang menanamkan kecintaan pada lingkungan sejak dini.
Data menunjukkan bahwa pada tahun lalu, kunjungan wisatawan ke tempat-tempat wisata edukatif di Jepara hanya berkisar 12.000 orang. Dengan berbagai inisiatif yang tengah digencarkan, Pemkab menargetkan jumlah itu bisa melonjak hingga dua kali lipat pada tahun ini.
“Kami ingin anak-anak Jepara tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga punya akar yang kuat pada budaya dan sejarah daerahnya,” tutur Wiwit.
Menurutnya, pendekatan pembelajaran kontekstual di luar ruang kelas sangat penting untuk membentuk karakter generasi muda yang tangguh dan berwawasan luas.
Tak hanya Bumi Perkemahan Jati Cinde, Jepara juga memiliki banyak destinasi lain yang mengandung nilai edukatif tinggi. Mulai dari desa wisata dengan tradisi khas, sentra kerajinan batik dan ukiran yang telah mendunia, hingga situs sejarah seperti tempat lahirnya R.A. Kartini atau Masjid Mantingan yang penuh nilai historis.
Wiwit secara khusus mendorong sekolah-sekolah untuk merancang kegiatan studi lapangan yang bukan sekadar piknik, tetapi sekaligus menjadi sarana membangun rasa bangga terhadap kearifan lokal.
“Ketika anak-anak melihat langsung proses membatik, mengukir kayu, atau mendengar kisah perjuangan tokoh-tokoh Jepara, itu akan menancap kuat dalam ingatan mereka. Itu bukan sekadar wisata, tapi pendidikan yang hidup,” tambahnya.
Inisiatif ini juga dianggap sebagai strategi jangka panjang untuk membangun pasar wisata domestik yang berkelanjutan. Dengan pelibatan aktif masyarakat dan dunia pendidikan, Jepara berharap mampu menjadi kota wisata edukasi yang tak hanya dikunjungi pelancong luar, tapi juga dicintai dan dijaga oleh warganya sendiri.
Masyarakat pun diimbau ikut andil dalam gerakan ini, mulai dari menyambut wisatawan lokal dengan ramah, menjaga kebersihan lokasi wisata, hingga menciptakan produk lokal yang bernilai jual. Wisata berbasis edukasi ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi menjadi bagian dari gerakan bersama membentuk Jepara yang maju namun tetap berakar kuat pada nilai-nilai lokal.
Di tengah era globalisasi dan derasnya arus digital, ajakan Bupati Jepara untuk kembali ke akar tampaknya menjadi oase penyegar. Liburan bukan hanya tentang berpindah tempat, tapi juga memperkaya jiwa dan memperkuat identitas.
Maka, sebelum pelesiran ke luar kota, mari eksplorasi Jepara terlebih dahulu karena mungkin, keajaiban sesungguhnya justru ada di halaman rumah.
***
Sumber: KF.
0 Komentar