Notification

×

Iklan

Iklan

Ngantor di Desa, Bupati Jepara Fokus Tangani Abrasi Pesisir yang Kian Mengkhawatirkan

Selasa, 17 Juni 2025 | 19.27 WIB Last Updated 2025-06-17T12:29:54Z

Foto, Bupati Jepara, Witiarso Utomo bersama jajarannya.

Queensha.id - Jepara,

Program “Ngantor di Desa” yang digagas Bupati Jepara, Witiarso Utomo, kembali dijalankan dengan penuh komitmen. Kali ini, giliran Desa Menganti, Kecamatan Kedung, yang menjadi lokasi kegiatan pada Selasa (17/6/2025). Namun bukan sekadar kunjungan, kedatangan Bupati difokuskan untuk menyikapi salah satu ancaman terbesar di pesisir Jepara: abrasi pantai.

Abrasi yang kian parah menjadi isu krusial yang disorot langsung oleh Bupati. Dari tinjauan lapangan dan laporan warga, sedikitnya enam desa pesisir teridentifikasi dalam kondisi rawan tenggelam. Di antaranya adalah Desa Tanggultlare, Kalianyar, Panggung, hingga Bulak Baru.

“Fokus utama kami hari ini adalah abrasi. Dua desa seperti Tanggultlare dan Bulak Baru berada dalam kondisi memprihatinkan dan sangat berpotensi hilang dari peta,” ujar Bupati Witiarso saat meninjau langsung pesisir Tanggultlare.

Kondisi paling mengkhawatirkan terjadi di Dukuh Tlare, Desa Tanggultlare. Berdasarkan data terakhir, jarak antara permukiman warga dan bibir pantai hanya tersisa sekitar 200 meter. Tanpa tindakan konkret, ancaman hilangnya wilayah permukiman ini tinggal menunggu waktu.

Bupati menyatakan, pihaknya telah mengajukan usulan pembangunan sabuk pengaman pantai ke pemerintah pusat. “Kita butuh sea wall atau pemecah gelombang untuk menyelamatkan wilayah ini. Harapannya segera masuk ke prioritas nasional dan bisa direalisasikan dalam waktu dekat,” tegasnya.

Selain menunggu realisasi pemerintah pusat, Pemerintah Kabupaten Jepara juga tengah melakukan penghitungan estimasi anggaran. “Mudah-mudahan satu hingga dua minggu ke depan sudah ada angka pasti untuk pengajuan resmi,” tambah Witiarso.

Petinggi Desa Tanggultlare, Kosnadi, menguatkan kekhawatiran tersebut. Menurutnya, abrasi bukanlah hal baru bagi wilayahnya. “Abrasi sudah terasa sejak tahun 1988. Dulu ada dukuh yang letaknya dua kilometer dari pantai, tapi sekarang sudah hilang dan penduduknya dipindahkan,” ungkap Kosnadi.

Ia menjelaskan, saat itu sekitar 150 kepala keluarga (KK) terpaksa direlokasi. Kini, Dukuh Tanggultlare dihuni oleh 250 KK atau sekitar 750 jiwa. Jika tak segera ditangani, kawasan tersebut diperkirakan akan tenggelam total dalam satu dekade mendatang.

“Kami berharap ada penanganan serius, seperti pembangunan pagar pantai atau pemecah ombak. Kami tidak bisa hanya pasrah menunggu gelombang datang,” tandas Kosnadi penuh harap.

Program “Ngantor di Desa” menjadi bukti keseriusan Bupati Jepara dalam mendengar langsung keluhan masyarakat serta merespons cepat masalah-masalah strategis. Di tengah tantangan perubahan iklim dan degradasi lingkungan, langkah ini bukan sekadar simbolis, melainkan langkah konkrit menyelamatkan masa depan pesisir Jepara.

Masyarakat kini menunggu, apakah suara mereka benar-benar akan sampai ke pusat kebijakan nasional. Satu hal yang pasti, waktu terus berjalan, dan laut terus menggerus tanpa kompromi.

***

Sumber: BS.

×
Berita Terbaru Update