Foto, Pak Kamijan penjual kerang keliling dari Demak. |
Queensha.id - Demak,
Di pesisir utara Kabupaten Demak, tepatnya di Desa Bungo, Kecamatan Wedung, denyut ekonomi masyarakat begitu erat kaitannya dengan hasil laut. Selain ikan dan udang, salah satu primadona tangkapan nelayan di wilayah ini adalah kerang, atau yang lebih dikenal dengan nama bukur oleh warga setempat.
Setiap siang selepas waktu Dhuhur, suasana di TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Desa Bungo mendadak hidup. Ratusan nelayan baru saja kembali dari laut, membawa hasil tangkapan yang ditunggu puluhan bakul (pedagang pengepul). Kerang tulis dan kerang coklat menjadi komoditas andalan, laris diborong dan siap didistribusikan ke berbagai penjuru.
Namun, tak semua hasil laut itu harus Anda buru hingga ke pelelangan. Di antara geliat para pedagang, ada satu sosok yang sudah lima tahun terakhir menjadi penghubung antara nelayan dan masyarakat langsung: Pak Kamijan.
Warga Dusun Bungo Lor ini memilih jalur unik dalam menjajakan hasil laut. Ia bukan pengepul besar, bukan pula pemilik kapal. Ia seorang penjual keliling. Setiap pagi dan sore, ia menyusuri jalanan desa—dari Babalan hingga Rau, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara yang membawa puluhan kantong plastik berisi kerang segar.
"Kalau kerang tulis, saya pasti bawa banyak. Tapi kalau kerang coklat, kadang susah dapatnya. Sudah keburu diborong bakul besar," tutur Pak Kamijan saat ditemui, Selasa (19/6).
Dengan sistem borongan, Pak Kamijan membeli langsung dari tetangga nelayannya. Di rumah, kerang-kerang itu dicuci bersih, lalu dikemas dalam plastik masing-masing seberat sekitar 1 kilogram. Harga jualnya pun bervariasi tergantung ukuran:
- Kerang tulis ukuran besar: Rp 15.000 – Rp 18.000
- Kerang tulis ukuran kecil: Rp 13.000 – Rp 15.000
- Kerang coklat ukuran besar: Rp 30.000 – Rp 40.000
- Kerang coklat ukuran kecil: sedikit lebih murah
Dalam sehari, ia membawa antara 50 hingga 60 bungkus kerang. Hampir selalu habis terjual. Jika pun ada sisa, ia akan menjual ke pedagang lain meski dengan margin keuntungan lebih kecil.
Yang menarik, perjalanan usaha Pak Kamijan tak selalu mulus. Ia mengaku sempat ragu saat pertama kali menjajakan kerang keliling. Dahulu, ia bekerja serabutan di sawah, dan menjual kerang hanyalah ide iseng. Namun siapa sangka, tekad dan konsistensinya kini membuahkan hasil.
"Banyak yang suka kerang tapi malas ke pelelangan, apalagi ibu-ibu di kampung. Makanya saya bantu antar sampai depan rumah," katanya dengan senyum sederhana.
Bagi Anda warga Wedung Utara atau Kedung Selatan yang ingin mencicipi segarnya kerang hasil tangkapan nelayan lokal, tak perlu repot. Tinggal tunggu saja Pak Kamijan lewat, atau mampir pagi dan sore ke jembatan Kedungmalang dan salah satu titik persinggahannya.
Di tengah gempuran industri besar dan pasar modern, sosok seperti Pak Kamijan adalah potret nyata kekuatan ekonomi kerakyatan. Ia bukan hanya menjual kerang, tapi juga membawa cerita perjuangan, ketekunan, dan semangat menjahit harapan dari laut ke rumah-rumah pelanggan setianya.
***
Sumber: Muin.
0 Komentar