Queensha.id - Media Sosial,
Di era digital seperti sekarang, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Facebook, sebagai salah satu platform terbesar, kerap digunakan orang tua untuk membagikan momen-momen lucu, menggemaskan, atau membanggakan dari kehidupan anak-anak mereka. Namun, di balik niat yang tampak sederhana itu, terdapat sejumlah risiko serius yang jarang disadari.
Fenomena "Sharenting" dan Ancaman di Baliknya
Istilah sharenting yang merupakan gabungan dari sharing dan parenting dan mengacu pada kebiasaan orang tua yang membagikan kehidupan anak mereka di media sosial. Meski terlihat normal dan lumrah, tindakan ini dapat membuka pintu bagi berbagai bahaya, mulai dari pelanggaran privasi hingga ancaman kejahatan digital.
“Begitu sebuah foto anak diunggah, orang tua sebenarnya sudah kehilangan kendali atas bagaimana foto itu akan digunakan,” ujar Reni Septiani, pakar keamanan digital dari Digital Rights Watch Indonesia.
1. Risiko Eksploitasi oleh Predator Online
Foto anak-anak, terutama yang menunjukkan mereka sedang mandi, tidur, atau berpakaian minim, bisa dimanipulasi dan digunakan oleh pelaku kejahatan seksual anak. Banyak predator siber yang secara aktif mengoleksi foto anak dari akun-akun publik atau yang keamanannya lemah.
Facebook memang menyediakan pengaturan privasi, namun tidak semua pengguna memahami atau menerapkannya secara optimal.
2. Pencurian Identitas Anak
Foto-foto yang disertai dengan informasi pribadi seperti nama lengkap, tanggal lahir, lokasi sekolah, atau alamat rumah, bisa menjadi celah bagi pencurian identitas. Data ini dapat digunakan untuk membuat akun palsu atas nama anak, bahkan disalahgunakan dalam penipuan atau pembuatan dokumen ilegal.
3. Jejak Digital yang Tak Terhapuskan
Apa yang diunggah di internet, akan sulit benar-benar dihapus. Foto-foto anak yang terlihat lucu saat mereka masih balita, bisa menjadi bahan ejekan atau mempermalukan mereka saat beranjak remaja atau dewasa. Tak sedikit remaja yang mengaku malu atas unggahan orang tua mereka saat kecil.
“Anak-anak juga punya hak atas privasi mereka. Suatu saat mereka bisa mempertanyakan keputusan orang tuanya yang membagikan masa kecil mereka tanpa izin,” kata Diah Paramita, aktivis perlindungan anak.
4. Potensi Target Penjahat di Dunia Nyata
Informasi lokasi, rutinitas anak, atau aktivitas keluarga yang dibagikan secara terbuka dapat dijadikan petunjuk oleh pelaku penculikan atau kejahatan lainnya. Bahkan, penjahat dapat mengetahui jam sekolah anak hanya dari unggahan rutin sang ibu setiap pagi.
Solusi dan Langkah Bijak
Alih-alih melarang total, para ahli menyarankan agar orang tua lebih bijak dalam membagikan konten anak-anak mereka. Beberapa tips yang bisa diterapkan antara lain:
1. Hindari membagikan foto anak dalam keadaan telanjang atau berpakaian minim.
2. Jangan sertakan informasi pribadi seperti nama lengkap, lokasi sekolah, atau tanggal lahir.
3. Gunakan pengaturan privasi yang ketat, batasi hanya untuk teman dekat.
4. Tanyakan pada anak, terutama yang sudah cukup besar, apakah mereka nyaman jika fotonya diunggah.
5. Pertimbangkan untuk membuat album pribadi atau menyimpan kenangan secara offline.
Cinta Boleh, Tapi Jangan Abai
Tidak ada yang salah dengan mencintai dan membanggakan anak. Namun, di zaman digital ini, kasih sayang juga harus disertai kehati-hatian. Jangan sampai momen kebahagiaan yang dibagikan hari ini, menjadi pintu masuk bahaya di masa depan.
Karena melindungi anak bukan hanya soal memberi makan dan pakaian, tetapi juga menjaga jejak digital mereka tetap aman.
***
Sumber: BS.
0 Komentar