Foto, salah satu kereta api yang dilempari batu oleh orang tak dikenal. |
Queensha.id - Magelang,
Bayangkan: Anda dan keluarga duduk nyaman di dalam gerbong kereta. Anak Anda tertidur di samping jendela, berselimut angin sejuk dari pendingin udara. Deru roda di atas rel menjadi white noise yang meninabobokan. Tapi dalam hitungan detik, semua itu remuk—dihantam batu yang menembus kaca, dilempar oleh tangan jahil yang tak pernah belajar berpikir.
Kasus pelemparan batu ke kereta api kembali terjadi, bahkan viral di media sosial. Video memperlihatkan kaca retak, penumpang panik, dan trauma yang membekas. Dan jujur saja—Hendi, seorang ayah asal Magelang yang sering bepergian dengan kereta api bersama istri dan anaknya, mengaku murka dan sangat khawatir.
Baginya, kereta api adalah moda transportasi paling aman dan nyaman. Tapi kini, ada rasa takut baru yang muncul: bagaimana jika batu itu mengenai kepala anaknya saat sedang tertidur di gerbong?
Saya Pernah Bodoh, Tapi Melempar Batu ke Kereta Api? Itu Sudah Gila
Hendi mengaku, ia juga pernah muda dan melakukan hal-hal bodoh. Tapi tak pernah terlintas dalam pikirannya untuk melempar batu ke kereta api. “Itu bukan sekadar kenakalan, itu kebodohan yang membahayakan nyawa,” katanya geram.
Menurutnya, pelaku melempar batu ke kaca kereta pasti merasa keren—merasa jago karena bisa bikin heboh tanpa tertangkap. Mungkin sedang duduk di tongkrongan, membanggakan diri sebagai ‘biang viral’ terbaru. Namun sesungguhnya, kata Hendi, orang-orang seperti ini adalah cerminan kegagalan mendidik akal sehat dan empati.
Mereka tidak peduli berapa banyak orang dirugikan, bahkan jika ada korban jiwa. “Semakin parah akibatnya, semakin besar rasa bangga mereka. Dan itu menandakan: kita sedang berada di tengah krisis moral yang serius.”
PT KAI Tak Boleh Menerima Damai
Hendi punya satu pesan tegas untuk PT Kereta Api Indonesia: jangan pernah menerima ajakan damai.
Baginya, insiden ini harus ditindak serius. Investigasi harus dilakukan menyeluruh, dan jika pelakunya tertangkap, harus diproses hukum seberat-beratnya. Bila perlu, kata Hendi, jerat dengan pasal percobaan pembunuhan, sebab yang dipertaruhkan bukan kaca, tapi nyawa manusia.
“Libatkan media, umumkan prosesnya secara terbuka. Biar jadi efek jera. Biar tidak ada lagi yang merasa pelemparan batu ke kereta adalah permainan anak-anak,” tegasnya.
Nyawa Penumpang Bukan Mainan
Hendi menolak narasi “maafkan, dia masih anak-anak” atau “dia rakyat kecil.” Bagi Hendi, rakyat kecil justru seharusnya saling menjaga, bukan saling mencelakai. Ia mengingatkan, melempar batu ke kereta api bukan hanya kriminal, tapi juga penghinaan terhadap keamanan publik.
“Kereta api adalah harapan banyak orang kecil untuk bepergian dengan aman. Kalau sekarang dilempari batu dan tak ada yang dihukum, apa artinya keamanan itu?” ujarnya dengan nada kecewa.
Hendi menutup dengan satu harapan: penegakan hukum harus hadir sebagai pelindung, bukan hanya penonton. Jika tidak, jangan salahkan masyarakat jika mereka merasa negara tak lagi mampu menjamin rasa aman dan bahkan di dalam gerbong kereta api.
"Artikel ini adalah opini pribadi narasumber bernama samaran Hendi, warga asal Magelang, Jawa Tengah. Redaksi membuka ruang untuk hak jawab dan tanggapan dari pihak terkait".
***
Sumber: HD.
0 Komentar