Breaking News

Menyedihkan! Ribuan Anak di Jepara Tak Sekolah Gegara Ekonomi dan Bullying, Cek Datanya

Foto, ilustrasi anak-anak tidak sekolah.

Queensha.id - Jepara,

Hasil verifikasi dan validasi terbaru mengenai Anak Tidak Sekolah (ATS) di Kabupaten Jepara mengungkapkan kenyataan yang mencengangkan sekaligus menyedihkan. Per September 2024, tercatat sebanyak 3.986 anak tidak mengenyam pendidikan formal. Angka ini bukan hanya sekadar data, namun potret suram dunia pendidikan yang digerus oleh berbagai faktor sosial dan ekonomi.

Dari seluruh kecamatan yang terdata, Kecamatan Batealit menjadi wilayah dengan jumlah ATS tertinggi yakni mencapai 666 anak. Diikuti oleh Nalumsari sebanyak 558 anak, dan Bangsri sebanyak 399 anak. Sebaliknya, wilayah Karimunjawa mencatat angka paling rendah dengan 43 anak.

Lebih dari sekadar angka, setiap anak dalam data ini membawa kisah masing-masing. Sebanyak 456 anak mengaku berhenti sekolah karena alasan ekonomi—tidak ada biaya untuk melanjutkan pendidikan. Sedangkan 122 anak secara terang-terangan menyatakan tidak berminat untuk sekolah.

Yang mengejutkan, ada 228 anak yang memilih berhenti karena menjadi korban bullying, serta 45 anak terjebak dalam dunia anak punk. Ada pula 133 anak yang harus bekerja, 43 anak yang sudah menikah di usia dini, dan sisanya terpaksa keluar dari pendidikan karena sakit (82 anak) atau bahkan telah meninggal dunia (34 anak).

Jepara Kota juga tak luput dari sorotan. Wilayah ini mencatat 426 anak tidak melanjutkan pendidikan, dengan rincian: 95 anak bekerja, 42 anak karena tidak ada biaya, dan sisanya karena kondisi kesehatan serta kematian.


Tak sedikit pula anak yang memilih jalur pendidikan non-formal. Tercatat 471 anak melanjutkan pendidikan di pesantren, dan 47 anak melanjutkan ke luar negeri. Sementara itu, hanya 36 anak dari seluruh ATS yang berhasil lulus hingga jenjang SMA/sederajat.

Fenomena ini menyiratkan bahwa masih banyak anak-anak Jepara yang terpaksa mengubur mimpinya. Mereka bukan tidak ingin pintar, namun realitas hidup menuntut pilihan yang sulit. Pemerintah daerah bersama semua elemen masyarakat diharapkan tak menutup mata dan segera mengambil langkah nyata—agar pendidikan tak lagi jadi kemewahan bagi sebagian anak.

Setiap anak berhak atas masa depan. Jangan biarkan mereka menjadi korban dari sistem yang abai.”

***

Sumber: JNews.

0 Komentar

© Copyright 2025 - Queensha Jepara
PT Okada Entertainment Indonesia