Queensha.id - Jakarta,
Dimulai dari "Iqra!". Perintah pertama yang turun kepada Nabi Muhammad SAW bukanlah "berjuang", "menghukum", atau "menguasai", tetapi "Iqra" maka bacalah!
Sebuah perintah sederhana namun agung. Bukan hanya membaca teks, tetapi membaca realitas, diri, nilai, dan kehidupan. Inilah titik mula pendidikan dalam Islam: bukan sekadar transmisi informasi, tapi proses transformasi batin dan peradaban.
Pendidikan: Akar dari Kualitas Hidup
Setiap individu sejatinya adalah seorang pendidik baik ia sadar maupun tidak. Ketika seseorang menjadi ayah atau ibu, maka ia telah menjalankan tugas pendidikan pada level paling fundamental: keluarga. Dari unit terkecil inilah nilai-nilai luhur ditanamkan: kasih sayang, tanggung jawab, kejujuran, dan moralitas.
Ketika pendidikan dalam keluarga rapuh, maka generasi yang dihasilkan rentan kehilangan arah. Maka dari itu, pendidikan adalah amanah suci, karena ia menentukan masa depan bukan hanya satu individu, tapi nasib suatu bangsa.
Pendidikan Tinggi: Antara Prestise dan Substansi
Kita hidup dalam era materialisme akademik, di mana nama kampus, panjang gelar, dan predikat akademik dijadikan tolok ukur kualitas manusia. Tanpa disadari, masyarakat lebih terpesona oleh "label institusi" daripada watak dan integritas pribadi.
Akibatnya, banyak lulusan perguruan tinggi ternama yang:
• Menjadi pelaku korupsi berjemaah,
• Menyalahgunakan kekuasaan,
• Terlibat dalam konflik, genosida, dan kerusakan lingkungan.
Lalu, apa makna "pendidikan tinggi" jika hasilnya justru mencederai kemanusiaan?
Inilah krisis makna dalam pendidikan kontemporer: ketika ijazah lebih dihormati daripada kejujuran, dan popularitas kampus lebih dielu-elukan daripada nilai moral lulusannya.
Pendidikan Bukan Hafalan, Tapi Penjiwaan Makna
Mempelajari ayat-ayat suci bukan sekadar soal hafalannya, tetapi menjiwai substansinya:
• Bagaimana bersikap sesuai dengan nilai-nilai ilahi?
• Bagaimana berbicara dan bertindak dalam koridor qodrat dan irodat-Nya?
Demikian pula pendidikan secara umum:
Bukan sekadar menambah pengetahuan,
Tetapi membentuk karakter dan membimbing arah hidup.
Ketika Pendidikan Gagal Menjadi Amanah
Pendidikan yang kehilangan arah akan menghasilkan:
• Manusia pintar tapi tanpa empati,
• Manusia cerdas tapi tak punya kasih,
• Manusia berilmu tapi lupa pada tujuan ilmu: membangun peradaban yang beradab dan inilah bencana besar dunia modern: pendidikan kehilangan jiwa.
Pendidikan Amanah Suci: Jalan Menuju Peradaban Bernurani
Sudah saatnya kita kembali pada esensi pendidikan sebagai amanah suci.
• Pendidikan yang membentuk akal dan hati.
• Pendidikan yang menanamkan nilai luhur, spiritualitas, dan tanggung jawab sosial.
• Pendidikan yang melahirkan pemimpin yang jujur, ilmuwan yang bijak, dan manusia yang sadar akan tugas kemanusiaannya.
Karena pada akhirnya, peradaban tidak hancur karena kebodohan, tetapi karena kecerdasan yang kehilangan kompas moral.
Jadi, pendidikan adalah jalan suci menuju kemuliaan manusia, bukan untuk mengejar gengsi dunia, tapi untuk mengantar manusia agar kembali kepada fitrahnya: sebagai makhluk pembawa rahmat bagi semesta alam.
“Ilmu tanpa amanah adalah bara api,
Amanah tanpa ilmu adalah buta.
Tapi ketika keduanya bersatu,
Lahirlah cahaya yang menerangi dunia.” ujar CEO UIPM Indonesia, Rantastia Nur Alangan.
Artikel ini ditulis sebagai refleksi atas krisis makna dalam dunia pendidikan saat ini. Semoga menjadi bahan perenungan bagi para pendidik, pemimpin lembaga pendidikan, dan seluruh insan akademik untuk bersama-sama mengembalikan ruh pendidikan yang sesungguhnya.
***
Sumber: RNA.
Oleh: UIPM Online Campus.
0 Komentar