Breaking News

Pendidikan Tanpa Arah: Mengapa Indonesia Butuh Falsafah Pendidikan yang Jelas?

Foto, siswa-siswi SD, SMP sedang upacara bendera.

Queensha.id - Yogyakarta,

Di tengah derasnya arus globalisasi dan pesatnya transformasi digital, sistem pendidikan Indonesia tampaknya masih berjalan di tempat. Ibarat perahu yang mengarungi lautan luas tanpa kompas, dunia pendidikan kita terus bergerak, namun tak jelas ke mana tujuannya. Guru dan siswa terombang-ambing, kebijakan terus berubah, dan semangat membentuk karakter bangsa semakin kabur dalam rutinitas administratif semata.

Mengapa hal ini terjadi? Mengapa sistem yang sudah berkali-kali direformasi dan didanai dengan anggaran besar masih menimbulkan kekecewaan? Jawabannya bisa jadi terletak pada sesuatu yang fundamental namun nyaris terlupakan: ketiadaan falsafah pendidikan nasional.


Dari Pancasila Menuju Ruang Kelas: Ada Apa di Tengah Jalan?

Sejak awal kemerdekaan, pendidikan dinobatkan sebagai fondasi pembangunan bangsa. Nilai-nilai luhur Pancasila dan semangat Undang-Undang Dasar 1945 seharusnya menjadi tiang penyangga sistem pendidikan nasional. Namun dalam praktiknya, ruh filosofis itu seolah terputus. Pendidikan bergerak cepat, bahkan sering terburu-buru, tetapi kehilangan pegangan arah yang konsisten.

Akibatnya, reformasi demi reformasi tak kunjung melahirkan sistem yang utuh. Setiap kebijakan terasa temporer, reaktif, dan tak jarang kontraproduktif. Sebuah sistem pendidikan tanpa filosofi ibarat tubuh tanpa jiwa – bergerak, tapi hampa makna.


Pendidikan Indonesia: Lelah Mengganti Kurikulum, Letih Mencari Makna

Lihat saja frekuensi pergantian kurikulum dalam dua dekade terakhir. KTSP, Kurikulum 2013, Kurikulum Merdeka—semuanya datang silih berganti tanpa fondasi filosofi yang kokoh. Guru merasa seperti "kelinci percobaan", siswa pun dibanjiri perubahan yang membingungkan. Sementara data dari Programme for International Student Assessment (PISA) terus menempatkan Indonesia di posisi bawah dalam hal literasi, numerasi, dan sains.

Apakah kita hanya akan terus memoles sistem tanpa membangun fondasinya terlebih dahulu?


Finlandia Punya Filosofi, Indonesia Punya Apa?

Negara-negara yang sukses dalam sektor pendidikan seperti Finlandia dan Jepang tidak memulainya dari silabus atau standar nilai, tetapi dari sebuah falsafah yang memanusiakan pendidikan. Di Finlandia, misalnya, pendidikan adalah sarana pembentukan karakter, bukan sekadar pencetak nilai ujian. Mereka menanamkan tanggung jawab sosial, inklusivitas, dan pengembangan potensi anak secara holistik.

Tanpa arah filosofis yang jelas, inovasi di Indonesia hanya akan menjadi tambal sulam kebijakan. Sekilas tampak membaik, tapi rapuh di dalam.


Tantangan Besar: Menyatukan Keberagaman dalam Satu Jiwa Pendidikan

Memang, menyusun falsafah pendidikan nasional di negeri yang begitu majemuk seperti Indonesia bukan pekerjaan ringan. Bangsa ini terdiri dari ratusan etnis, bahasa, dan tradisi lokal. Tapi di sinilah tantangan sekaligus peluang: menciptakan falsafah pendidikan yang mampu merangkul keberagaman sebagai kekuatan, bukan sebagai hambatan.

Falsafah ini harus mengakar pada nilai-nilai luhur bangsa, mengakomodasi realitas sosial, dan terhubung erat dengan semangat zaman. Ia harus menjadi pegangan moral sekaligus arah strategis, bukan sekadar jargon dalam dokumen negara.


Pendidikan Bermartabat untuk Bangsa yang Bermasa Depan

Masa depan bangsa ini tidak ditentukan oleh seberapa banyak anak kita menghafal rumus, tetapi seberapa kuat karakter dan integritas mereka. Maka pertanyaan penting yang harus kita ajukan hari ini adalah: apakah kita sudah mendidik dengan arah yang benar?

Jika tidak, maka sudah saatnya kita berhenti sejenak dari hiruk-pikuk kebijakan, dan mulai membangun peta jalan pendidikan yang bermartabat. Falsafah pendidikan bukanlah pelengkap, melainkan pondasi utama. Ia adalah nyawa dari setiap visi, kebijakan, dan metode pengajaran.

Tanpa itu, kita hanya akan terus melangkah dalam kebingungan. Pendidikan Indonesia akan terus jadi rumah besar yang indah dari luar, tapi kosong di dalam.


Tulisan ini merupakan opini pribadi dari penulis yang juga seorang pendidik. Artikel ini mengajak pembaca untuk merenungkan kembali arah pendidikan kita dan mendorong diskusi publik yang lebih mendalam mengenai pentingnya falsafah pendidikan nasional.

***

Sumber: Karunia Kalifah Wijaya – Guru Bimbingan Konseling SMP Muhammadiyah 1 Berbah, Yogyakarta.

0 Komentar

© Copyright 2025 - Queensha Jepara
PT Okada Entertainment Indonesia