Foto, Alumni Fakultas Kehutanan UGM angkatan 1980. |
Queensha.id - Yogyakarta,
"Analisis Tajam Uji Forensik Digital dan Dugaan Rekayasa Acara Kampus"
Isu seputar keaslian ijazah Presiden Joko Widodo kembali mencuat setelah kemunculannya dalam sebuah acara reuni yang diklaim diselenggarakan oleh alumni Fakultas Kehutanan UGM angkatan 1980. Alih-alih mengakhiri spekulasi, acara reuni ini justru memunculkan pertanyaan dan kecurigaan baru dari publik, khususnya netizen yang kritis menilai setiap detail yang tersaji.
Dalam artikel opini yang ditulis oleh M Rizal Fadillah, seorang pemerhati politik dan kebangsaan, ia menyebut bahwa hasil uji digital forensik atas skripsi Jokowi menunjukkan adanya dugaan kuat bahwa dokumen tersebut tidak asli. Lebih jauh lagi, ia menegaskan bahwa ijazah Jokowi juga tidak lolos dalam analisis teknis seperti kajian font face, perbandingan wajah (face comparison), serta analisis elemen visual seperti ELA dan RGB atas stempel dokumen. Hasilnya, ia menduga ijazah itu palsu.
Reuni UGM yang dihadiri Jokowi awalnya dianggap sebagai langkah untuk membuktikan bahwa sang presiden benar-benar alumni. Namun, Rizal Fadillah menyebut bahwa acara ini justru menimbulkan lebih banyak kejanggalan:
-
Pakaian Tak Seragam dan Kehadiran Tak Penuh
Jokowi hadir mengenakan kemeja putih, berbeda dengan peserta lain yang mengenakan kaos biru bertuliskan angkatan. Kehadirannya pun tidak mengikuti seluruh rangkaian acara, sehingga terkesan lebih sebagai tamu kehormatan ketimbang teman seperjuangan. -
Kedatangan Peserta dengan Bus dan Pakai ID Card
Para peserta datang bersama menggunakan bus dan semuanya menggunakan ID card, yang menimbulkan pertanyaan: benarkah ini reuni sesungguhnya? Bukankah peserta reuni sejatinya saling mengenal tanpa perlu penanda? -
Kisah Mulyono alias Wakidi
Sosok yang diwawancara media mengaku sebagai teman Jokowi, namun belakangan diketahui bernama asli Wakidi, yang dikenal sebagai calo tiket di Terminal Tirtonadi. Ia juga gagal menjelaskan secara akurat pengalaman kuliahnya bersama Jokowi. -
Kehadiran Pejabat IKN yang Bukan Alumni
Nama Bambang Saptono, pejabat IKN yang dikenal dekat dengan lingkaran Istana, ikut muncul dalam acara tersebut. Padahal ia adalah lulusan ITB, bukan UGM. Ia justru dikenal sebagai “kameranen” Jokowi yang sering merekam dan mengatur dokumentasi. -
Rekayasa Tahun Reuni?
Reuni angkatan 1980 yang diklaim sebagai reuni ke-45 disebut tidak masuk akal. Sebab, kelulusan paling awal adalah 1985. Jika reuni dihitung sejak lulus, maka seharusnya reuni ke-45 baru terjadi tahun 2030.
Rizal menyimpulkan bahwa acara ini justru menguatkan kesan publik bahwa ada sesuatu yang disembunyikan. Ia menyebut reuni ini sebagai bagian dari “drama panjang” yang bertujuan membangun narasi pembenaran atas sesuatu yang rapuh: keabsahan dokumen akademik Presiden.
"Kini sang alumni imitasi mencoba bersembunyi di balik reuni," tulis Rizal, mengakhiri opininya dengan nada tajam.
Tentu saja, opini ini masih menunggu pembuktian yang sah secara hukum dan ilmiah. Namun, kejadian ini menunjukkan bahwa di era digital, publik tak mudah percaya begitu saja. Setiap narasi bisa dibongkar, diuji, dan dikritisi oleh mereka yang tak ingin tertipu oleh kemasan semata.
Bandung, 28 Juli 2025
Laporan ini berdasarkan opini M Rizal Fadillah dan pengamatan netizen kritis. Pemerintah atau pihak terkait belum memberikan klarifikasi resmi atas tuduhan yang disampaikan.
***
Dikutip dari portal berita Jakartasatu.com.