Breaking News

Saat Kuliah itu Bebas, Gaji di Bawah UMR Penyesalan Kemudian

 

Queensha.id - Edukasi Pendidikan,

"Ngopi Boleh, Tapi Jangan Lupa Belajar"

Kuliah sering kali dipersepsikan sebagai masa paling “bebas” dalam hidup. Banyak mahasiswa yang terbuai dalam romansa pencitraan, gaya hidup keren, hingga aktivitas di luar kampus yang membuat mereka jarang menginjakkan kaki di ruang kelas. Padahal, di balik silabus dan tugas-tugas kuliah yang kerap dikeluhkan itu, tersembunyi pondasi penting untuk menghadapi hidup yang jauh lebih kompleks: dunia kerja.

Saat kuliah hanya dianggap formalitas untuk meraih gelar, maka seseorang sebenarnya sedang mengabaikan kesempatan membentuk diri. Di kampus, kita tak hanya diajarkan teori, tapi juga cara berpikir sistematis, belajar bertanggung jawab, menyusun strategi, dan menghadapi tekanan. Bukan sekadar nilai, tapi mentalitas.


Saat Dunia Kerja Tak Peduli Kamu Pernah Jadi Ketua BEM

Banyak lulusan yang dulu begitu aktif, populer, dan penuh gaya saat kuliah kini terjebak dalam kenyataan pahit: gaji di bawah UMR dan kompetensi yang minim. Dunia kerja ternyata tidak bisa ditaklukkan hanya dengan kemampuan berbicara meyakinkan. Saat jam kerja menumpuk dan beban hidup makin menekan, mereka sadar satu hal: kampus pernah memberi ruang belajar, tapi mereka terlalu sibuk tampil mengesankan.

Apakah semua orang yang serius kuliah pasti sukses? Tentu tidak. Tapi statistik sosial membuktikan bahwa mereka yang menjadikan kuliah sebagai ruang pembentukan karakter cenderung lebih siap menghadapi tekanan kerja. Mereka tahu bagaimana belajar hal baru dengan cepat, berpikir kritis, dan menyusun rencana ketika realita tak sesuai ekspektasi.


Menyesal, Tapi Terlambat? Belum Tentu

Ada yang kemudian menyalahkan sistem pendidikan, menyebut kampus tidak membekali skill praktis. Kritik ini tidak salah. Namun menjadikan institusi sebagai kambing hitam juga bukan hal yang bijak. Sebab, dalam sistem yang sama, banyak mahasiswa lain justru mampu menapak ke jalur karier yang jelas dan entah sebagai profesional, pebisnis, atau aktivis sosial yang benar-benar membawa dampak.

Artinya, yang membedakan bukan hanya di mana seseorang kuliah, tapi bagaimana ia menjalaninya.


Saat Pelatihan Online Jadi Pelampiasan Penyesalan

Kini, banyak dari mereka yang dulu menganggap serius itu kuno, justru mulai mengikuti berbagai kelas daring. Diam-diam bertanya ke teman lama yang dulu mereka anggap “buku banget”, dan dengan hati getir mengakui: “Dulu harusnya aku belajar lebih sungguh-sungguh.”

Penyesalan ini bukan karena kalah bersaing dengan teman seangkatan, tapi karena kini harus berhadapan dengan generasi Z dan Alpha yang lebih gesit, digital native, dan punya mental belajar yang berbeda.


Buat yang Masih Kuliah: Ini Alarm, Bukan Ceramah

Bagi kamu yang saat ini masih duduk di bangku kuliah, tulisan ini bukan kutukan masa depan, tapi alarm. Jangan terlalu santai menertawakan tugas, dosen, dan nilai IPK. Sebab hidup tidak hanya menuntut ijazah, tapi juga kemampuan untuk bertahan, beradaptasi, dan tetap waras saat tekanan menghimpit.

Dan bagi yang sudah terlanjur meremehkan masa lalu, tak apa. Penyesalan memang datang di akhir, tapi selama nyawa masih di badan, belum terlambat untuk mulai belajar lagi. Bukan demi IPK, tapi demi harga diri, ketenangan batin, dan mimpi untuk punya penghasilan yang layak—lebih dari sekadar upah minimum.

Karena sejatinya, belajar adalah bekal sepanjang hayat. Bukan hanya untuk bekerja, tapi untuk tetap bertahan dalam hidup yang tak pernah selesai memberi ujian.

***

Sumber: Mojok.

0 Komentar

© Copyright 2025 - Queensha Jepara
PT Okada Entertainment Indonesia