Foto, merenungi nasibnya hingga hanya memandang lampu petromax. |
Queensha.id - Jepara,
Hasrat untuk tampil mewah dan dianggap “berkelas” di mata tetangga, membuat sebuah keluarga di Jepara terjerumus dalam lingkaran utang. Kehidupan sederhana yang seharusnya cukup, berubah menjadi beban tak tertanggungkan hanya demi gengsi.
Keluarga tersebut adalah Nur Mahmudi (45), seorang tukang jasa konstruksi bangunan, istrinya Tri Wulan Sari (38), serta kedua anak mereka, Ricky Mahmud Syah (17) dan Ellya Zahra (15).
Awal Mula: Luka dari Ucapan Tetangga
Konflik bermula dari ejekan seorang tetangga bernama Uci Fatonah (40). Perempuan yang juga hidup pas-pasan itu kerap menyindir keluarga Nur Mahmudi.
Uci Fatonah, “Wajar wong kere, bajunya lusuh terus. Apa nggak malu punya anak remaja tapi nggak pernah ganti gaya?, " ucapnya.
Ucapan itu membekas di hati Tri Wulan Sari. Sejak saat itu, ia bertekad harus tampil “lebih” di depan tetangga.
Hidup Pura-Pura Kaya
Tri Wulan memaksa suaminya untuk meminjam uang ke bank demi membeli motor baru yang besar, perabot rumah tangga mewah, hingga pakaian bermerek palsu untuk pamer.
Tri Wulan Sari, “Mas, aku nggak mau lagi diremehkan. Kalau perlu, utang saja. Yang penting orang lihat kita mapan. Biar mereka diam," pintanya.
Nur Mahmudi, yang dikenal penurut pada istrinya, tak mampu menolak. Ia menuruti keinginan sang istri meski penghasilannya sebagai tukang bangunan tidak seberapa.
Dari Bank ke Rentenir
Saat cicilan bank mulai macet, Tri Wulan beralih ke rentenir untuk menutup pinjaman sebelumnya. Awalnya dianggap solusi cepat, namun bunga mencekik membuat keadaan semakin buruk.
Tagihan demi tagihan datang menghantam. Motor mewah yang dipamerkan ke tetangga akhirnya ditarik leasing. Perabot rumah ikut disita.
Gengsi yang Runtuh
Saat situasi semakin sulit, Tri Wulan justru makin emosional.
Tri Wulan mulai marah, “Mas, kalau kamu benar-benar laki-laki, kamu harus bisa bikin aku hidup enak! Jangan kalah sama Uci yang tiap hari menghina, ngenyek, " katanya.
Nur Mahmudi hanya bisa terdiam, menahan malu sekaligus beban yang kian menyesakkan.
Akhir yang Menyedihkan
Puncak tragedi terjadi ketika rentenir datang menagih di depan rumah. Ricky putra sulungnya yang tak tahan malu, kabur dari rumah dan tidak pernah kembali. Ellya menangis memeluk neneknya, Bu Endah Rumiyati (67), yang hanya bisa pasrah.
Beberapa hari kemudian, Nur Mahmudi ditemukan pingsan di proyek bangunan akibat tekanan pikiran. Ia dilarikan ke rumah sakit, sementara istrinya sibuk berdebat dengan debt collector.
Kini, keluarga itu hidup dalam keterpurukan. Gengsi yang dulu dipertahankan dengan susah payah, justru berakhir dengan kehilangan segalanya.
Bu Endah Rumiyati, “Andai anakku mau dengar kata-kataku dulu, mungkin rumah tangganya nggak sampai hancur begini. Semua karena gengsi dan tak mau menerima hidup sederhana, " ucapnya dengan nada sedih.
Edukasi tentang Hutang
Hidup dengan utang yang tidak terkendali adalah jebakan yang sering menjerumuskan banyak keluarga.
Dalam Islam, berutang diperbolehkan jika benar-benar darurat, namun haram hukumnya bila dilakukan hanya demi gaya hidup atau gengsi.
Rasulullah SAW bahkan sering berdoa agar dilindungi dari lilitan utang. Beliau bersabda:
"Sesungguhnya seseorang yang berutang, apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia mengingkari." (HR. Bukhari).
Maka, bijaklah dalam berutang. Jika tidak mampu melunasi, lebih baik menahan diri dan hidup sesuai kemampuan.
Hukum Islam tentang Bertetangga
Islam juga sangat menekankan pentingnya akhlak dalam bertetangga. Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya." (HR. Bukhari & Muslim).
Itu berarti:
- Tidak boleh menghina atau merendahkan tetangga.
- Tidak boleh menyombongkan harta demi menjatuhkan orang lain.
- Harus saling menolong dan menjaga silaturahmi.
Kasus keluarga Nur Mahmudi adalah cermin bahwa hinaan tetangga dan keinginan menjaga gengsi justru berbuah kehancuran.
Pelajaran besar:
Lebih baik hidup sederhana namun tenang, daripada hidup berpura-pura kaya tapi tersiksa oleh utang dan tekanan sosial.
***
Sumber: BS.