Notification

×

Iklan

Iklan

Hampir Kehilangan, Chang Min Sadar Murtiyah adalah Tulang Rusuk yang Tak Tergantikan

Senin, 18 Agustus 2025 | 07.10 WIB Last Updated 2025-08-18T00:11:24Z

Foto, pengusaha Chang Min dan istrinya Murtiyah.

Queensha.id - Magelang,

Kisah rumah tangga pasangan Chang Min, pengusaha konstruksi asal Magelang, dan istrinya Murtiyah, perempuan sederhana asal Klaten, menjadi sorotan karena sarat makna tentang kesetiaan, godaan, dan penyesalan.


Dua puluh tahun lalu, Chang Min hanyalah seorang buruh bangunan. Murtiyah setia mendampinginya, bahkan rela hidup di rumah kontrakan sederhana. “Aku akan membuatmu bahagia seumur hidup,” pernah terucap dari Chang Min saat mempersunting Murtiyah.


Perjalanan waktu membawa perubahan. Chang Min sukses mendirikan perusahaan konstruksi di Magelang yang berkembang pesat. Hidupnya dikelilingi wanita muda, pesta, dan gemerlap dunia bisnis. Sementara Murtiyah, dengan tubuh yang mulai menua dan kulit yang tak lagi sehalus dulu, sering dipandangnya sebagai bayangan masa lalu.


Hingga suatu malam, ia memutuskan: pernikahan ini sudah di ujung jalan. Chang Min menyiapkan uang setara satu juta yuan dan rumah baru di pusat kota untuk Murtiyah. “Aku tidak ingin meninggalkanmu tanpa kepastian,” katanya dalam hati.


Murtiyah menerima keputusan itu dengan tenang, meski tatapannya menyimpan luka. Esoknya, ia meninggalkan rumah tanpa kata. Di meja, ia menaruh kunci rumah, buku tabungan, dan sepucuk surat yang ditulis dengan tangan gemetar.


Surat itu berisi detail kecil yang menusuk hati:


  • selimut yang sudah ia cuci dan jemur,
  • obat lambung dari Hong Kong untuk Chang Min yang sering sakit,
  • kemeja yang sudah ia rapikan,
  • hingga pangsit buatan tangan yang ia tinggalkan di dapur.


Chang Min membaca setiap kata dengan dada sesak. Ingatannya kembali ke masa muda, saat ia masih kuli bangunan dan Murtiyah setia datang membawakan pangsit hangat di sela kerja kerasnya.


Panicked, ia berlari ke stasiun Magelang. Dari kejauhan, ia melihat Murtiyah hendak naik kereta menuju Klaten, kampung halamannya. Dengan suara keras ia berteriak, “Kamu mau ke mana? Aku pulang kerja tidak ada nasi di rumah, istri macam apa kamu?! Ayo ikut aku pulang!”


Murtiyah menunduk, air matanya jatuh. Ia mengikutinya kembali. Yang tak ia tahu, suaminya yang berjalan di depan juga sedang menangis.


Sejak saat itu, Chang Min tidak lagi memandang istrinya sebelah mata. Hampir kehilangan Murtiyah membuatnya sadar: wanita sederhana yang setia menemaninya sejak nol, adalah tulang rusuk yang tak tergantikan.


“Kesetiaan seorang wanita diuji ketika sang pria tidak punya apa-apa. Kesetiaan seorang pria diuji ketika ia telah mempunyai segalanya.”


Kisah Chang Min dan Murtiyah kini menjadi pelajaran berharga bagi banyak pasangan di Magelang dan sekitarnya: jangan pernah melupakan siapa yang ada di sampingmu sejak awal perjuangan.


***

Sumber: Rahma Fitri.

×
Berita Terbaru Update