Notification

×

Iklan

Iklan

Jejak Joget: Dari Goyang Pendopo ke Pajak Naik Mencekik Warga Pati

Jumat, 08 Agustus 2025 | 05.50 WIB Last Updated 2025-08-07T22:51:39Z

Foto, Bupati Pati saat menikmati hiburan musik dangdut grup 3 Serigala.

Queensha.id - Pati,

Di ingatan warga Pati, Juni 2025 lalu adalah malam penuh sorak-sorai. Pendopo Kabupaten Pati berubah menjadi panggung hiburan dengan dentuman musik dangdut dari grup 3 Srigala. Biduan asal Ibu Kota itu melantunkan tembang “No Comment” sambil berjoget di depan para tamu undangan.


Di sudut ruangan, sejumlah pejabat Pemkab Pati tampak larut dalam irama, ikut bergoyang, seakan lupa bahwa itu adalah acara resmi penyerahan badan hukum dan akta koperasi desa. Video malam itu viral di Facebook, TikTok, hingga WhatsApp, memancing kritik pedas dari warganet.


Bupati Pati, Sudewo, saat itu buru-buru meminta maaf. Ia mengaku kaget melihat goyangan yang dinilai vulgar di pendopo pemerintahan. Namun, bagi banyak warga, momen itu sudah terpatri. Dan, luka itu belum kering ketika kabar terbaru datang.



PBB Naik 250 Persen


Awal Agustus, Sudewo mengumumkan kebijakan menaikkan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) perdesaan dan perkotaan hingga 250 persen. Alasannya: untuk mengerek pendapatan asli daerah (PAD) yang dianggap masih kecil, sementara kebutuhan pembangunan seperti perbaikan jalan sangat besar.


“Kami dapat duit dari mana apabila bukan dari menggali pendapatan daerah, pajak misalnya,” ucap Sudewo, seperti dilansir Kompas TV (7/8/2025).


Ia menegaskan, penyesuaian ini wajar karena tarif PBB sudah 14 tahun tak pernah naik. Namun, kebijakan ini justru memicu kemarahan warga, yang kemudian berunjuk rasa di depan kompleks Kantor Bupati Pati.



Tantangan yang Membakar Emosi


Alih-alih menenangkan suasana, Sudewo malah melontarkan tantangan: silakan kerahkan 50 ribu orang untuk demo, ia tidak akan menurunkan tarif PBB. Pernyataan ini menambah bara di tengah amarah masyarakat.



Ironi di Mata Warga


Bagi warga, ironi itu terlalu mencolok. “Bulan lalu goyang-goyang di pendopo, bulan ini kami dibebani pajak tinggi. Rakyat belum lupa, Pak,” sindir Rahmat, peserta aksi dari Kecamatan Tayu.


Mereka mempertanyakan, jika PAD benar-benar minim, mengapa masih ada anggaran untuk mendatangkan hiburan mewah? Mengapa efisiensi belanja pemerintah tidak menjadi pilihan pertama?



Jejak yang Sulit Dihapus


Kini, dua momen itu yakni joget heboh di pendopo dan kenaikan pajak mencekik hingga terjalin menjadi satu narasi di benak publik. “Jejak joget” bukan sekadar video viral, melainkan simbol jarak antara gaya hidup para penguasa dan kenyataan yang dihadapi rakyat.


Pertanyaannya: apakah Pati akan benar-benar dibangun dari hasil pajak rakyat, atau justru semakin terjebak dalam ironi kebijakan dan citra yang sulit dibersihkan?


***

Sumber: Wartakota.

Queensha Jepara
Kamis, 7 Agustus 2025