Notification

×

Iklan

Iklan

Ketika Cahaya Dianggap Ancaman: Ironi Dunia Kerja yang Tak Siap dengan Terangmu

Rabu, 06 Agustus 2025 | 12.51 WIB Last Updated 2025-08-06T05:58:01Z

Foto, ilustrasi dunia kerja. Sumber Foto: Psikologi Mania.



Queensha.id - Edukasi Sosial,


Pernahkah kamu mengalami ini? Saat semangatmu menyala-nyala, ide-ide kamu tawarkan dengan tulus demi kemajuan bersama. Kamu ambil inisiatif, bekerja lebih dari yang diminta, menembus rutinitas yang membosankan. Kamu berpikir, "Inilah saatnya aku menunjukkan versi terbaik dari diriku."



Namun, apa balasannya?


Bukan tepuk tangan. Bukan dukungan. Yang datang justru sindiran dan bisik-bisik. Kamu mulai dijauhi. Dianggap "cari muka", "sok pahlawan", bahkan "tidak tahu diri".


Ini bukan cerita satu-dua orang. Ini adalah potret nyata dunia kerja kita. Sebuah tempat di mana terang dianggap mengganggu. Sebuah ruang di mana sinar justru diminta untuk meredup demi kenyamanan banyak pihak.


Di ruang-ruang kerja yang masih gelap oleh rutinitas tanpa visi, kehadiran seseorang yang penuh semangat bisa dianggap ancaman. Ketika kamu mulai menyingsingkan lengan baju, orang lain mulai menyingsingkan alis. Ketika kamu melangkah maju, mereka memilih mundur sambil melempar tudingan.



Yang aktif dicurigai. Yang jujur dibisiki. Yang bersinar dijauhi.


Dan ini bukan soal kepribadian. Ini soal sistem yang belum siap untuk melihat seseorang bekerja dengan tulus dan penuh gairah. Dunia kerja yang terlalu lama nyaman dengan status quo, kadang tak tahu cara menerima energi positif yang datang tiba-tiba.


Akhirnya, banyak orang mulai belajar:
“Kurangi inisiatif, nanti kamu dikira cari panggung.”


“Simpan ide, biar aman.”
“Jangan terlalu jujur, nanti disingkirkan.”


Padahal, seperti yang kita tahu, api itu hanya bisa menyala kalau ada yang berani menyalakan.


Tapi begitulah ironi dunia kerja kita.
Yang nyala sering dipadamkan.
Yang biasa-biasa dibiarkan.
Yang berani malah dihindari.



Namun satu pesan penting: jangan kecilkan cahayamu.


Jika satu ruangan tak siap melihat terangmu, mungkin ruangan lain sedang menantimu. Dunia yang lebih sehat. Lingkungan kerja yang lebih terbuka. Tim yang benar-benar tahu bahwa sinar bukan untuk menyilaukan, melainkan untuk menerangi.


Kepada para pemimpin organisasi, kepala instansi, manajer, dan rekan kerja:


1. Jangan buru-buru mematikan cahaya hanya karena silau.


2. Dorong setiap individu yang punya semangat, karena mereka adalah sumber energi tim.


3. Bedakan antara "cari muka" dan "inisiatif murni".


4. Buat ruang kerja yang suportif, bukan yang menakutkan.



Ingat, perubahan besar selalu datang dari orang-orang yang berani menyalakan api kecil di tengah kegelapan.


Cara Mengatasi


Bagi kamu yang merasa menjadi “terlalu terang” di tempat yang belum siap menerima:


1. Kenali Medan

Pelajari dulu budaya kerja di tempatmu. Jika memang tidak mendukung inovasi, gunakan pendekatan yang lebih halus namun tetap konsisten.



2. Bangun Dukungan Perlahan

Alih-alih langsung bersinar sendirian, ajak beberapa rekan untuk bergerak bersama. Cahaya akan lebih diterima jika berasal dari banyak lilin, bukan satu obor besar.



3. Simpan Rekam Jejak Kinerja

Catat setiap kontribusi dan ide yang sudah kamu berikan. Ini akan jadi bukti saat kamu dibutuhkan untuk mempertanggungjawabkan sesuatu.



4. Beri Bukti Lewat Hasil

Tunjukkan bahwa langkahmu bukan sekadar gaya, tapi berdampak nyata. Biarkan hasil berbicara.



5. Pertimbangkan Lingkungan Baru

Jika kamu merasa usahamu selalu dihalangi, jangan takut mencari ruang kerja yang lebih sehat dan suportif. Cahaya itu akan selalu menemukan tempat untuk bersinar.


Jangan Kecilkan Cahayamu


Jika satu ruangan tak siap melihat terangmu, mungkin ruangan lain sedang menantimu. Dunia yang lebih sehat. Lingkungan kerja yang lebih terbuka. Tim yang benar-benar tahu bahwa sinar bukan untuk menyilaukan, melainkan untuk menerangi.


Karena dalam dunia yang butuh perubahan, kamu yang menyala bukanlah masalah.

Karena dalam dunia yang butuh perubahan, kamu yang menyala bukanlah masalah.
Kamulah jawabannya.


***

Redaksi: Queensha Jepara.
Rabu, 6 Agustus 2025.

×
Berita Terbaru Update