Notification

×

Iklan

Iklan

Perempuan Paling Buruk adalah Rela Jadi Selingkuhan: Sebuah Renungan Sosial dan Perspektif Islam

Selasa, 05 Agustus 2025 | 12.05 WIB Last Updated 2025-08-05T05:24:26Z

Foto, lukisan perempuan.

Queensha.id - Edukasi Sosial,


Di tengah gempuran budaya populer yang sering memaklumi perselingkuhan sebagai bumbu hubungan, muncul seruan moral yang menggugah hati: “Perempuan paling buruk adalah yang rela menjadi selingkuhan.” Ungkapan ini bukan sekadar sindiran, melainkan peringatan keras bagi siapa saja yang terjebak dalam pusaran cinta terlarang.


Di media sosial, banyak warganet membagikan kutipan inspiratif seperti ini sebagai bentuk refleksi sosial. Mereka menegaskan bahwa kecantikan bukanlah pembenaran untuk merusak kebahagiaan orang lain.


“Cantik itu relatif. Tapi merusak rumah tangga orang lain itu mutlak salah,” tulis salah satu unggahan yang viral di Facebook dan Instagram.



Antara Wajah dan Hati: Definisi Cantik yang Sesungguhnya


Kecantikan sejati, dalam banyak narasi dan ajaran agama, tak lahir dari riasan atau bentuk tubuh. Ia tumbuh dari hati yang penuh empati dan penghormatan terhadap sesama perempuan. Seseorang yang membiarkan dirinya menjadi pelarian atau pelampiasan cinta, meski mungkin tampak memesona di luar, kehilangan kemuliaan sejatinya.


“Percuma wajah seindah rembulan, jika hati rela menjadi duri dalam kebahagiaan orang lain.”


Ungkapan ini seolah menampar realita: banyak perempuan cerdas dan cantik yang akhirnya memilih menjadi ‘orang ketiga’, hanya karena terlena rayuan cinta. Namun, harus diingat bahwa cinta yang menyakiti orang lain bukanlah cinta melainkan ego.



Perspektif Islam: Perselingkuhan Adalah Kezaliman Ganda


Dalam pandangan Islam, perselingkuhan termasuk dalam kategori zina yang sangat dibenci Allah. Rasulullah SAW bersabda:


“Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik, selain seseorang yang menumpahkan darah orang lain dan seseorang yang berzina dengan istri tetangganya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)


Islam memandang rumah tangga sebagai institusi suci yang harus dijaga. Merusak keharmonisan keluarga orang lain, apalagi dengan sengaja menjalin hubungan dengan suami atau istri orang lain, adalah bentuk pengkhianatan dan kezaliman terhadap dua insan: pasangan sahnya dan dirinya sendiri.


“Wanita pezina tidak akan dinikahi kecuali oleh laki-laki pezina atau musyrik.”
(QS. An-Nur: 3)



Edukasi Sosial: Saatnya Perempuan Menjaga Perempuan


Kita hidup dalam era keterbukaan, di mana relasi bebas makin sering dianggap hal biasa. Namun, penting untuk menanamkan kembali nilai-nilai ketulusan, kesetiaan, dan penghormatan terhadap ikatan pernikahan orang lain.


Perempuan sejati tak hanya mempercantik diri, tapi juga mempercantik hati dan perilaku. Ia sadar bahwa menjadi cantik tak harus dengan merusak milik orang lain. Perempuan sejati tahu bahwa menghargai perasaan sesama perempuan adalah bentuk solidaritas tertinggi.


“Sadarilah… kita sama-sama perempuan. Jika kamu pernah merasakan patah karena dikhianati, mengapa tega jadi penyebab wanita lain merasakannya juga?”



Kembalilah pada Hati dan Harga Diri


Kecantikan yang abadi adalah kecantikan yang memuliakan sesama. Jadilah perempuan yang dicintai karena keteguhan menjaga diri, bukan karena kelicikan merebut hati yang bukan haknya.


Karena pada akhirnya, perempuan paling cantik bukan yang paling menarik secara fisik melainkan yang paling menghormati cinta, harga diri, dan perempuan lain.


***
Queensha Jepara | Selasa, 5 Agustus 2025

×
Berita Terbaru Update