Notification

×

Iklan

Iklan

Tersandung Biaya Seragam, Anak SMP di Boyolali Malu ke Sekolah

Senin, 18 Agustus 2025 | 03.06 WIB Last Updated 2025-08-17T20:06:50Z
Foto, ilustrasi siswa-siswi sekolah dasar.


Queensha.id - Boyolali,


Air mata Heru Waskito (42), seorang tukang ojek pangkalan asal Boyolali, pecah saat menceritakan nasib putri ketiganya. Ia merasa gagal sebagai seorang ayah, hanya karena tak mampu menebus seragam olahraga sekolah anaknya di SMP Negeri 2 Teras, Boyolali.


Bagi sebagian orang, seragam mungkin hal sepele. Namun, bagi Heru, harga Rp 841 ribu terasa begitu berat. Ia hanya bisa membayar setengahnya setelah menjual televisi di rumah seharga Rp 450 ribu. Dari uang itu, anaknya baru memperoleh seragam kotak-kotak, batik, dan atribut sekolah, sementara seragam olahraga masih belum terbeli.


Tragedi itu memuncak pada Kamis (14/8/2025), ketika putrinya pulang sekolah dengan tangisan. Ia menjadi satu-satunya siswa di kelas yang tak mendapat seragam olahraga. Lebih pedih lagi, sang guru menyampaikan kalimat menohok di depan seluruh teman-temannya:


“La koe rung bayar kok. Yo ra entuk.” (Kamu belum bayar, ya belum dapat).




Kalimat itu, kata Heru, menusuk hati anaknya hingga membuatnya malu dan enggan kembali ke sekolah.


“Anak saya sampai kena mental. Dia merasa dipermalukan di depan teman-temannya,” ungkap Heru dengan suara bergetar, Jumat (15/8/2025).


Heru mengaku sudah memohon kebijakan sekolah agar seragam bisa diberikan lebih dulu, dengan janji akan melunasi kekurangannya Rp 391 ribu begitu dana Program Indonesia Pintar (PIP) cair. Namun permintaannya tak digubris.


Pihak sekolah pun memberikan klarifikasi. Kepala SMPN 2 Teras, Purwanto, mengaku tidak mengetahui detail pengadaan seragam siswa.


“Terus terang kami tidak tahu masalah seragam ini. Nanti akan saya koordinasikan dengan guru yang bersangkutan,” ujarnya singkat.


Namun Heru merasa sulit mempercayai pernyataan itu.


“Bagaimana mungkin seorang kepala sekolah tidak tahu ada pembagian seragam di kelas? Itu tidak masuk akal,” ucapnya.


Kisah Heru menjadi potret getir perjuangan orang tua di tengah mahalnya kebutuhan pendidikan. Ia berharap, ada perhatian dan kebijakan dari pihak sekolah maupun pemerintah, agar seragam sekolah tidak lagi menjadi beban yang mematikan semangat belajar anak-anak.


***

×
Berita Terbaru Update