Foto, (pemuda) mahasiswa demo di Jakarta. |
Queensha.id - Opini Publik,
Pemuda selalu ditempatkan sebagai garda terdepan dalam perubahan bangsa. Namun, tantangan terbesar hari ini justru bukan datang dari luar, melainkan dari dalam: apakah idealisme mereka masih menyala, atau telah padam digantikan oleh kenyamanan dan kepentingan pribadi.
Pemikiran itu pernah ditekankan Soe Hok Gie, seorang aktivis dan penulis legendaris yang sepanjang hidupnya menolak tunduk pada arus pragmatisme. Bagi Gie, korupsi tidak hanya berhenti pada pencurian uang negara, tetapi juga menyangkut keruntuhan nilai kejujuran, keberanian, serta pengabdian pada kebenaran.
“Idealisme pemuda adalah api yang menjaga bangsa dari kegelapan moral,” tulisnya dalam salah satu catatan. Ketika api itu padam, ruang kosong segera diisi oleh keserakahan, kompromi, dan korupsi yang semakin merajalela.
Ketika Pemuda Menjadi Penonton Pasif
Sejarah mencatat bahwa perubahan besardari pergerakan nasional, reformasi, hingga berbagai gelombang sosial lahir dari keberanian pemuda. Namun, di era modern ini, idealisme sering dianggap kuno atau tidak relevan.
Alih-alih menjadi pengawas moral, sebagian generasi muda justru larut dalam kenyamanan pribadi. Mereka mudah acuh terhadap ketidakadilan dan perlahan menormalisasi perilaku koruptif di sekitar. Kondisi ini memberi ruang bagi lahirnya generasi koruptor baru yang lebih lihai dan berlapis legitimasi.
Korupsi dan Lemahnya Kesadaran Kolektif
Korupsi tidak hanya tumbuh karena sistem yang rapuh, melainkan juga karena kesadaran kolektif yang melemah. Semangat heroisme dan idealisme yang seharusnya menjadi benteng justru kerap ditertawakan sebagai sikap naif.
Padahal, tanpa idealisme, kehidupan publik akan terjerumus menjadi arena transaksi kepentingan belaka. Maka, relevansi pesan Gie masih sangat kuat: pemuda yang apatis sejatinya sedang membuka jalan bagi suburnya praktik korupsi.
Menjaga Api Idealisme
Tugas pemuda hari ini bukan sekadar mengejar kenyamanan, tetapi menjaga agar api idealisme tidak padam. Hal itu dapat dimulai dari langkah kecil: berani bersuara menolak penyimpangan, menegakkan integritas di lingkup terkecil, hingga menolak kompromi terhadap kebohongan.
Jika setiap pemuda menjaga nyala idealisme dalam dirinya, bangsa ini masih memiliki harapan untuk melawan kegelapan moral yang bernama korupsi.
Seperti pesan Soe Hok Gie yang terus bergema: ketika api idealisme padam, korupsi bukan hanya mungkin terjadi tapi pasti semakin berakar.
Penulisan Opini Publik.