Notification

×

Iklan

Iklan

Dari Becak ke Miliarder: Kisah Sayat Pemenang Undian Rp1 Miliar asal Magelang

Jumat, 05 September 2025 | 08.51 WIB Last Updated 2025-09-05T01:51:58Z

Foto, ilustrasi seorang tukang becak.

Queensha.id - Magelang,


Takdir seseorang bisa berubah dalam sekejap. Begitulah yang dialami Sayat (72), seorang tukang becak asal Magelang, Jawa Tengah. Hidupnya yang sederhana tiba-tiba berbalik 180 derajat setelah memenangkan undian berhadiah pemerintah pada 9 Mei 1990.


Kala itu, pemerintah Orde Baru meluncurkan program Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah (SDSB). Rakyat bisa membeli kupon dengan harga mulai Rp1.000 hingga puluhan ribu. Dana dari program ini digunakan untuk pembangunan, sementara pemenang berhak atas hadiah miliaran rupiah—meski peluangnya sangat kecil.


Sayat, yang tiap hari mengayuh becak untuk nafkah, rutin menyisihkan uang recehnya untuk membeli kupon SDSB. Harapannya sederhana: keluar dari jerat kemiskinan.



Malam Keajaiban


Keajaiban itu datang pada 9 Mei 1990, tepat pukul 23.30 WIB. Saat mendengar pengumuman pemenang melalui radio, Sayat kaget bukan main. Nomor undiannya 849379 cocok persis dengan angka yang disebutkan penyiar.


Seketika, lelaki renta itu tersungkur sujud di halaman rumah bambunya. Tangis haru istrinya pecah, tak percaya bahwa seorang tukang becak kini resmi menjadi miliarder.


“Lelaki renta dan keriput ini keluar rumah yang berdinding bambu untuk sujud mencium tanah halamannya,” tulis Harian Waspada kala itu.


Kabar kemenangan Sayat sontak menggemparkan warga Magelang. Tukang becak yang biasanya menepi di sudut jalan, kini jadi buah bibir seluruh kota.



Setara Rp100 Miliar Saat Ini


Hadiah yang diterima Sayat senilai Rp1 miliar. Untuk ukuran 1990, jumlah itu sangat besar. Sebagai perbandingan, harga rumah di kawasan elite Pondok Indah, Jakarta Selatan, saat itu hanya Rp80 juta. Artinya, Sayat bisa membeli belasan rumah sekaligus.


Harga emas pun masih Rp20 ribu per gram. Dengan Rp1 miliar, Sayat bisa mengantongi 50 kilogram emas. Jika disetarakan dengan harga emas saat ini—sekitar Rp1,9 juta per gram—nilai kekayaannya mendekati Rp100 miliar.


Hadiah tersebut bahkan diserahkan langsung oleh Menteri Politik, Hukum, dan HAM saat itu, Sudomo, di Jakarta.



Tak Hidup Foya-Foya


Berbeda dengan sebagian pemenang undian lain, Sayat memilih hidup sederhana. Ia menaruh setengah uangnya di deposito, membeli rumah, membantu anak-anaknya, serta membangun masjid. Ia pun berhenti membeli kupon SDSB dan lebih banyak menekuni ibadah.


Kisahnya menjadi catatan unik dalam sejarah SDSB, sebuah program yang kemudian dihentikan pemerintah pada 1993 karena dianggap serupa dengan praktik perjudian.



Hikmah dari Seorang Sayat


Meski kemenangan Sayat tidak bisa dijadikan teladan soal cara mendapatkan rezeki, kisahnya tetap menjadi pengingat: nasib bisa berputar kapan saja. Yang jauh lebih penting adalah bagaimana seseorang menyikapi rezeki yang datang dengan bijaksana.


***

×
Berita Terbaru Update