Foto, tangkap layar dari unggahan akun di media sosial Jepara. |
Queensha.id - Semarang,
Kerusuhan antar kelompok suporter kembali mewarnai perjalanan sepak bola nasional. Insiden terjadi di jalur Pantura, tepatnya di dekat Jembatan Kalibabon, perbatasan Semarang–Demak, pada Minggu (21/9/2025) sekitar pukul 21.10 WIB.
Keributan itu dipicu pelemparan batu ke arah sebuah bus yang ditumpangi rombongan suporter Persita Tangerang. Akibat serangan mendadak tersebut, bus mengalami kerusakan cukup parah di bagian kaca dan bodi. Bentrokan berlangsung cepat dan menimbulkan kepanikan di sekitar lokasi.
Menurut keterangan sejumlah pengendara dan warga sekitar, situasi sempat mencekam. “Banyak kendaraan berhenti mendadak, ada juga yang putar balik. Semua takut kena lemparan,” ujar Suryanto, seorang sopir truk yang melintas.
Hingga kini, belum dapat dipastikan kelompok suporter mana saja yang terlibat. Informasi resmi dari pihak berwenang masih ditunggu untuk memastikan kronologi kejadian, termasuk jumlah korban luka maupun kerugian material.
Polisi segera diterjunkan ke lokasi untuk mengendalikan situasi dan mengurai kepadatan kendaraan. Aparat juga melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait identitas pelaku dan motif penyerangan. Arus lalu lintas di jalur vital Pantura sempat tersendat sebelum akhirnya kembali normal setelah aparat menenangkan massa.
Kerusuhan ini terjadi setelah pertandingan Super League BRI 2025/2026 antara Persijap Jepara melawan Persita Tangerang di Stadion Gelora Bumi Kartini, Jepara. Pertandingan yang berlangsung sore hari berakhir dengan kemenangan tipis 2-1 untuk Persita Tangerang.
Pemerhati sepak bola, Arif Nugroho, menilai kejadian ini menambah catatan buruk rivalitas antar suporter. “Insiden seperti ini seharusnya bisa dicegah jika ada koordinasi yang matang antara panitia, klub, dan aparat keamanan. Sepak bola mestinya jadi hiburan, bukan ajang kekerasan,” tegasnya.
Peristiwa ini kembali menjadi sorotan publik, mengingat kerusuhan antar suporter masih kerap terjadi di berbagai daerah dan berpotensi menimbulkan korban jiwa maupun kerugian besar. Banyak pihak berharap ada langkah tegas untuk mencegah kekerasan suporter agar tak lagi mencoreng wajah sepak bola Indonesia.
***
Sumber: SJ.