Foto, ilustrasi. Seorang istri menyuapi makanan kepada suaminya yang dalam keadaan sakit. |
Queensha.id - Gunungkidul,
Di tengah kerasnya kehidupan, kisah mengharukan datang dari sebuah keluarga sederhana asal Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Siti Mutmainah (40) dan suaminya, Abidin Saleh (47), hidup dalam keterbatasan bersama dua anak mereka. Meski begitu, cinta dan kesetiaan mereka justru melahirkan cerita penuh makna tentang kehormatan dan pengorbanan seorang istri.
Suatu hari, Abidin menangis di hadapan sahabatnya. Sang sahabat heran, sebab tangis itu pecah hanya karena sang istri terserang demam. “Sebegitu cintanyakah kau, sehingga istri sakit saja membuatmu menangis?” tanya sahabatnya. Namun jawaban Abidin membuatnya terdiam.
“Aku ini miskin, tidak punya pekerjaan tetap. Setiap hari, keluargaku hanya makan kacang, itu pun kalau aku pulang membawa. Jika aku tidak pulang karena tidak mendapatkan apa pun, paling istriku hanya minum air atau berpuasa,” ucap Abidin lirih.
Menjaga Wibawa di Hadapan Orang Tua
Kisah yang paling membekas bagi Abidin terjadi saat mereka berkunjung ke rumah mertua. Istri Abidin berasal dari keluarga berada, dengan hidangan mewah selalu tersaji di meja makan. Namun saat itu, ia tidak menemukan istrinya duduk bersama.
Ketika ditanya, ibu mertuanya menjawab: “Istrimu sedang di dapur mencari kacang. Katanya ia sudah bosan makan lauk dan daging, sehingga ingin sekali makan kacang.”
Ayah mertua Abidin kemudian memeluknya sambil berkata penuh haru, “Terima kasih, menantuku. Kau telah mencukupi nafkah anakku dengan baik, sampai ia bosan makan daging dan ingin mencoba makan kacang.”
Mendengar itu, dada Abidin terasa sesak. Ia sadar, istrinya telah menutupi kemiskinan keluarga demi menjaga kehormatannya di hadapan orang tua.
Istri sebagai Penjaga Kehormatan
Dalam perjalanan pulang, Abidin menangis sambil memeluk istrinya erat. “Betapa engkau sangat menjaga kehormatanku di hadapan orang lain, padahal aku tahu di rumah ini kau sering hidup kekurangan, bahkan sampai tidak makan sama sekali.”
Siti Mutmainah hanya menjawab lembut, “Aku berkewajiban menjaga kehormatanmu. Karena istri adalah pakaian suami, dan suami adalah pakaian istri. Kehormatan kita adalah saling menjaga.”
Cermin Kehidupan
Kisah Abidin dan Siti Mutmainah menjadi pengingat bahwa kemiskinan tidak selalu melahirkan kehinaan. Justru di tengah keterbatasan, tumbuh kesetiaan, keteguhan, dan kebijaksanaan seorang istri dalam menjaga marwah suaminya.
Di balik tangisan seorang suami yang merasa tak berdaya, tersimpan ketegaran seorang istri yang memilih menutup luka dengan senyum, bahkan di hadapan keluarganya sendiri.
***
Sumber: UG.