Foto, ilustrasi. Seorang istri diam merasakan luka yang tak diketahui oleh suami. |
Queensha.id - Edukasi Sosial,
Banyak perempuan yang terlihat tegar di depan suami dan keluarga, padahal di balik senyumnya, ada beban yang ia simpan rapat-rapat. Istri sering kali berusaha menampilkan diri seolah baik-baik saja, meski dalam hati ia menyimpan luka yang tidak terlihat.
Ada hal-hal yang dianggap sepele oleh sebagian laki-laki, namun justru sangat menggores hati seorang istri:
- Sibuk dengan ponsel saat istri ingin mengajaknya bicara.
- Mengkritik atau mengoreksi istri di depan orang tua maupun saudara-saudaranya.
- Sering lupa janji, bahkan pada momen penting keluarga.
- Menganggap kemesraan dengan istri sudah tidak perlu lagi.
- Cuek dan kurang peka saat istri kewalahan.
- Malas mengobrol atau bercanda dengan istri.
- Diam ketika istri difitnah atau disalahkan keluarganya.
- Terlalu berbakti pada orang tua, tapi abai pada istri.
- Lebih mempercayai orang lain ketimbang istri.
- Tidak pernah melibatkan istri dalam keputusan penting keluarga.
Pandangan Islam
Dalam Islam, hubungan suami-istri diletakkan pada prinsip mu‘asyarah bil ma‘ruf, yakni memperlakukan pasangan dengan cara yang baik dan penuh penghormatan. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 19:
"Dan bergaullah dengan mereka (istri-istrimu) secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak."
Rasulullah SAW bahkan menegaskan, sebaik-baik manusia adalah yang paling baik akhlaknya terhadap keluarganya. Beliau bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang paling baik di antara kalian terhadap istriku.” (HR. Tirmidzi)
Pandangan Ulama Terkemuka di Indonesia
KH. Quraish Shihab dalam tafsirnya menegaskan bahwa perhatian kecil, kelembutan, dan sikap mendengarkan adalah bentuk ibadah dalam rumah tangga. “Suami jangan merasa bahwa nafkah materi sudah cukup. Ada nafkah batin berupa kasih sayang dan perhatian, yang sering lebih dibutuhkan seorang istri,” ujar beliau dalam salah satu kajian tafsir.
Demikian pula KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) pernah mengingatkan, bahwa pernikahan bukan hanya soal memenuhi kewajiban formal, tetapi juga menjaga perasaan. “Istri itu bukan pembantu. Ia partner hidup, teman bicara, dan ibu dari anak-anak kita. Jangan sampai ia dibiarkan merasa sendirian dalam rumahnya sendiri," jelasnya.
Pandangan Pengamat Sosial
Pengamat sosial asal Jepara, Purnomo Wardoyo, menilai fenomena ini sebagai “gejala sepi di tengah keramaian rumah tangga”.
“Istri sering tampak baik-baik saja karena terbiasa menekan perasaan. Namun ketika komunikasi suami-istri minim, maka rumah tangga berubah hanya menjadi tempat singgah, bukan ruang kehangatan. Ini berbahaya karena bisa melahirkan krisis emosional jangka panjang,” ungkapnya.
Menurutnya, peran suami sebagai pemimpin keluarga tidak boleh hanya diukur dari memberi nafkah materi, tetapi juga dari kehadiran emosional dan dukungan batin. “Hal-hal kecil yang dianggap sepele, seperti mendengar, bercanda, atau memuji yang justru itulah yang membuat rumah tangga bertahan,” tambah Purnomo.
Jadi, fenomena ini mengingatkan bahwa istri yang tampak baik-baik saja bukan berarti tidak pernah lelah. Mereka hanya terbiasa menahan, berusaha kuat, dan menjaga keluarga tetap berjalan. Namun di balik itu, mereka juga membutuhkan kasih sayang, pengertian, dan tempat pulang yang menenangkan.
Sepele bagi laki-laki, tapi bisa menjadi luka dalam bagi seorang istri.
***