Notification

×

Iklan

Iklan

Ketika Hati Istri Telah Mati Rasa: Ciri-Ciri, Penyebab dan Solusi Menurut Pandangan Islam

Minggu, 05 Oktober 2025 | 10.10 WIB Last Updated 2025-10-05T03:11:30Z

Foto, ilustrasi. Seorang istri sedang merenungi nasibnya.

Queensha.id - Edukasi Sosial,


Fenomena wanita yang “mati rasa” terhadap suaminya kini semakin sering terjadi di tengah rumah tangga modern. Kondisi ini bukan sekadar lelah secara fisik, melainkan bentuk kelelahan batin yang menumpuk akibat luka emosional, kekecewaan, atau ketidakadilan dalam hubungan.


Seorang wanita yang sudah mati rasa biasanya tidak lagi menunjukkan reaksi terhadap hal-hal yang dulunya mampu menggugah emosinya. Ia tak lagi marah, tak lagi menangis, bahkan tak lagi tertawa pada hal-hal yang seharusnya membuat bahagia.



Ciri-Ciri Wanita yang Sudah Mati Rasa


Beberapa tanda umumnya antara lain:


  1. Lebih banyak diam dan enggan memulai komunikasi dengan suami.
  2. Tidak lagi peduli dengan aktivitas atau keseharian suaminya.
  3. Tidak mampu menangis saat sedih, dan tidak mampu tersenyum saat bahagia—hidup terasa hambar.
  4. Menarik diri dari lingkungan, memilih menyendiri.
  5. Tidak mau lagi berdebat atau memperjuangkan pendapat dalam rumah tangga.
  6. Menghindari obrolan panjang dengan pasangan.
  7. Tidak lagi menuntut atau meminta nafkah, baik lahir maupun batin.
  8. Bertahan dalam rumah tangga hanya demi anak, bukan karena cinta.


Fenomena ini bukanlah akhir dari segalanya, namun menjadi sinyal serius bahwa hubungan suami-istri memerlukan perbaikan mendalam, terutama dalam hal komunikasi dan perhatian emosional.



Kata Ulama: “Mati Rasa” Adalah Tanda Lelah, Bukan Benci


Menurut Ustaz Dr. Adi Hidayat, wanita yang sudah mati rasa terhadap suaminya umumnya bukan karena kebencian, tetapi karena luka batin yang tidak disembuhkan.


“Perasaan itu mati bukan karena benci, tapi karena sudah terlalu sering terluka tanpa penyembuhan. Jika seorang suami ingin memperbaikinya, maka kembalilah ke masa awal, saat cinta masih tumbuh dengan niat tulus,” jelasnya dalam salah satu kajian tentang rumah tangga Islami.


Dalam Islam, suami memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga perasaan istrinya. Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa ayat 19:


“Dan bergaullah dengan mereka (istri-istri) secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”



Solusi Menurut Hukum Islam


Menurut pandangan fikih dan bimbingan para ulama, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan jika seorang istri telah kehilangan rasa cinta atau semangat terhadap rumah tangganya:


  1. Perbaiki komunikasi dan empati.
    Suami perlu kembali menumbuhkan kasih sayang, perhatian, dan penghargaan. Rasulullah SAW bersabda:

    “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.” (HR. Tirmidzi)

  2. Tingkatkan ibadah bersama.
    Shalat berjamaah di rumah, membaca Al-Qur’an bersama, atau berdoa berdua dapat membuka kembali pintu hati yang tertutup oleh rasa kecewa.

  3. Berikan ruang untuk menyembuhkan luka.
    Kadang seorang istri tidak butuh banyak nasihat, tetapi butuh didengarkan dan dipeluk tanpa dihakimi.

  4. Minta nasihat kepada pihak ketiga yang amanah.
    Dalam Islam, jika hubungan suami-istri mulai retak, maka diperbolehkan mendatangkan hakam (penengah) dari kedua pihak, sebagaimana disebut dalam Surah An-Nisa ayat 35.

  5. Taubat dan muhasabah diri.
    Baik suami maupun istri dianjurkan untuk introspeksi. Barangkali ada dosa, sikap kasar, atau kelalaian yang membuat keberkahan rumah tangga menjauh.


Membangun kembali kehangatan dalam rumah tangga memang tidak mudah. Namun, selama masih ada niat dan kesungguhan, rasa yang telah “mati” pun bisa kembali hidup. Sebab, dalam pandangan Islam, pernikahan bukan hanya ikatan lahir, tetapi juga perjalanan ruhani menuju ridha Allah.


***

(Queensha Jepara / 5 Oktober 2025)

×
Berita Terbaru Update