Foto, ilustrasi. Seorang pria yang sangat dicintai oleh kekasihnya. |
Queensha.id - Edukasi Sosial,
Fenomena hubungan asmara modern seringkali memperlihatkan pola yang berulang: semakin seorang perempuan menunjukkan ketulusan dan rasa takut kehilangan, semakin besar pula peluang laki-laki bersikap dingin, berjarak, bahkan “belagu”.
Ungkapan “semakin dikejar, makin menjauh” bukan hanya pepatah lama, melainkan realita psikologis yang kini banyak dirasakan kaum perempuan. Sikap ini menggambarkan ketidakseimbangan emosional dalam hubungan yang didominasi oleh ego salah satu pihak.
Pandangan Pengamat Sosial
Pengamat sosial asal Jepara, Purnomo Wardoyo, menilai fenomena ini muncul karena perubahan pola pikir generasi muda dalam memandang cinta dan relasi.
“Banyak laki-laki sekarang yang menjadikan perhatian perempuan sebagai tolok ukur ego. Saat mereka tahu si perempuan takut kehilangan, rasa penasaran justru hilang dan berubah jadi keangkuhan,” ujar Purnomo Wardoyo, Sabtu (4/10/2025).
Menurutnya, situasi seperti ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan emosional antara memberi dan menerima cinta. “Perempuan sering menaruh seluruh perasaannya, sementara laki-laki menganggap itu jaminan tapi bukan penghargaan,” lanjutnya.
Purnomo menambahkan, hubungan yang sehat seharusnya dibangun dengan resiprositas emosional atau saling menghargai, bukan dengan permainan jarak atau kekuasaan dalam cinta.
“Cinta itu bukan kompetisi siapa yang lebih dicintai, tetapi komitmen siapa yang lebih menghargai,” tegasnya.
Pandangan Islam: Jangan Takut Kehilangan, Yakinlah pada Takdir
Dalam pandangan Islam, rasa cinta adalah fitrah manusia. Namun Islam menekankan agar cinta tidak menjadikan seseorang buta dan kehilangan harga diri.
Ustaz Ahmad Fauzi, seorang dai muda di Jepara, menjelaskan bahwa Islam mengajarkan keseimbangan antara cinta dan tawakal.
“Kalau seseorang takut kehilangan sampai rela direndahkan, itu artinya ia belum menyerahkan cintanya kepada Allah sepenuhnya. Dalam Islam, cinta yang benar adalah yang tidak membuatmu lemah, tapi semakin dekat dengan Allah,” katanya.
Ia mengutip firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 24:
“Katakanlah, jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, serta rumah-rumah yang kamu sukai lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.”
Ayat tersebut menegaskan bahwa cinta kepada manusia tidak boleh melebihi cinta kepada Allah, karena dari situlah seseorang belajar ikhlas dan tidak takut kehilangan.
Jadi, hubungan yang didasari ketakutan hanya akan menciptakan ketimpangan. Perempuan yang terlalu takut kehilangan justru membuka ruang bagi laki-laki untuk bersikap semena-mena.
Baik secara sosial maupun spiritual, cinta sejati adalah yang berimbang: ada rasa saling menghargai, saling menjaga, dan saling menguatkan. Seperti pesan bijak dari pengamat sosial Jepara, “Kalau kamu harus mengejar seseorang agar dia bertahan, mungkin dia memang bukan untukmu," pungkasnya.
***