Notification

×

Iklan

Iklan

Mahasiswi Tangerang Raih Penghargaan di Jepara: Salma dan Kursi 'Meumbe' yang Menyatukan Tradisi dan Inovasi

Senin, 20 Oktober 2025 | 07.10 WIB Last Updated 2025-10-20T00:11:14Z

Foto, Salma Salsabila. Sumber Foto: RK.

Queensha.id - Jepara,


Perjalanan lebih dari 500 kilometer dari Tangerang menuju Jepara bukan sekadar lawatan bagi Salma Salsabila. Bagi mahasiswi Desain Interior Universitas Mercu Buana itu, langkahnya ke Kota Ukir adalah perjalanan menuju kedewasaan karya dari ruang kelas ke panggung prestasi nasional.


Sabtu (18/10) malam, di Pendopo Kabupaten Jepara, sorot mata Salma memantulkan cahaya yang tak sekadar kemenangan. Ia dinobatkan sebagai peraih Best Marketable Design dalam ajang Jepara International Furniture Design Award (JIFDA) 2025. Karyanya yang berjudul ‘Meumbe Chair’, kursi lembut berinspirasi dari domba yang bisa berputar 360 derajat, mencuri perhatian para juri dan pelaku industri furnitur.


“Awalnya ini berawal dari tugas kuliah,” ujar Salma tersenyum, mengingat proses panjang yang ia lalui.



Dari Tugas Kuliah Menjadi Karya Pemenang


Tugas mata kuliah Desain Mebel Sarana Duduk menantang setiap mahasiswa untuk merancang kursi dengan muatan lokal. Namun bagi Salma, tugas itu bukan hanya kewajiban akademik. Ia melihat kesempatan untuk menjembatani tradisi dan inovasi.


Didampingi dosen pembimbing Mira Zulia Suriastuti dan Rr. Chandrarezky Permatasari, Salma mengubah ide sederhana menjadi karya penuh makna.


“Kalau lihat domba itu lembut, ya. Saya ingin kursi ini juga terasa lembut dan interaktif,” tuturnya.


Dalam pandangannya, kelembutan bukanlah kelemahan, melainkan ruang untuk kenyamanan dan sebuah filosofi yang ia tuangkan dalam desain Meumbe Chair.



Kolaborasi Jarak Jauh dengan Perajin Jepara


Proses penciptaan Meumbe Chair menantang batas waktu dan ruang. Hanya dalam dua minggu ia membuat prototipe, sementara mewujudkan hasil akhirnya memakan waktu sebulan penuh. Dari Tangerang Selatan, ia harus berkoordinasi jarak jauh dengan perajin Jepara dan semuanya lewat telepon dan video call.


Dari sana ia belajar satu hal penting: desain tidak berhenti di atas kertas. Ada tangan-tangan perajin yang memberi jiwa pada kayu, menyempurnakan garis-garis ide menjadi bentuk nyata.


“Desain itu jembatan. Antara nilai-nilai tradisi dan kebutuhan masa kini, bahkan masa depan,” katanya penuh keyakinan.



Jepara: Kota yang Menghidupkan Mimpi


Ketika akhirnya tiba di Jepara pada Jumat (17/10) malam, Salma disambut dengan semarak kota dan semangat para peserta JIFDA lainnya. Di malam penilaian puncak di Pendopo Kartini, Meumbe Chair tampil menonjol hingga estetis, fungsional, dan memiliki nilai pasar yang kuat.


Dari total 204 karya yang diajukan, karyanya dinilai paling potensial untuk dikembangkan secara komersial tanpa kehilangan karakter desainnya.


Hadiah uang tunai Rp 5 juta diterimanya bukan sebagai akhir, tetapi sebagai titik awal perjalanan baru.


“Kalau nanti modalnya cukup, saya ingin fokus di desain furnitur. Jepara memberi inspirasi besar buat saya,” ujarnya dengan mata berbinar.



Membawa Pulang Nilai, Bukan Sekadar Piala


Salma tak hanya membawa pulang penghargaan, tetapi juga pemahaman baru tentang kolaborasi lintas generasi—antara desainer muda dan perajin berpengalaman. Dari Jepara, ia belajar bagaimana seni ukir tradisional bisa hidup berdampingan dengan inovasi kontemporer.


Ia kini berencana membuat katalog desain, mempromosikan karyanya lewat media sosial, dan kelak mendirikan studio desain furnitur di Tangerang Selatan.


“Saya ingin menjadi perempuan yang mandiri, berdaya, dan terus mewujudkan mimpi,” katanya menutup percakapan.


Dalam usia yang baru 21 tahun, Salma Salsabila telah menorehkan jejaknya di panggung desain nasional. Ia datang sebagai mahasiswi, pulang sebagai pembelajar sejati hingga membawa semangat Jepara di kepalanya, dan nilai-nilainya di hatinya.


Dari kursi yang bisa berputar itu, dunia kini mulai menoleh pada nama Salma.


***

Sumber: RK.