Notification

×

Iklan

Iklan

Sekolah Tak Akan Maju Kalau Antar Guru Saling Menjatuhkan

Jumat, 17 Oktober 2025 | 13.35 WIB Last Updated 2025-10-17T06:36:36Z

Foto, ilustrasi, kepala sekolah mengajak kerukunan antar guru di sekolah.


Queensha.id - Edukasi Pendidikan,


Sekolah sejatinya bukan arena persaingan, melainkan ruang kolaborasi. Kalimat sederhana ini tampak mudah diucapkan, namun tidak semua lembaga pendidikan mampu mewujudkannya. Dalam sejumlah kasus, muncul fenomena antar guru yang saling menjatuhkan, saling menyoroti kelemahan rekan sejawat, dan bahkan saling berlomba untuk tampil paling unggul di hadapan pimpinan. 



Padahal, sejatinya, keberhasilan pendidikan tidak pernah lahir dari kompetisi personal, melainkan dari kerja sama yang solid antar pendidik.


“Sekolah tidak akan pernah maju jika di dalamnya terjadi saling sikut antarguru. Sebab, pendidikan itu bukan soal siapa yang paling hebat mengajar, tetapi siapa yang paling tulus bekerja bersama demi anak didik,” ujar pengamat pendidikan terkemuka, Dr. Rahmawan Prasetyo, pada Jumat (17/10/2025).


Menurutnya, dalam ekosistem pendidikan yang sehat, guru bukan hanya pengajar di kelas, tetapi juga penggerak kolaborasi. Jika antar guru justru saling menjatuhkan, maka semangat membangun karakter dan etika anak didik pun ikut rusak. “Anak-anak belajar bukan hanya dari materi, tetapi juga dari contoh. Kalau gurunya saja tidak bisa bekerja sama, bagaimana mereka bisa memahami nilai gotong royong?” tegas Rahmawan.


Ia menambahkan, faktor ego dan kurangnya komunikasi sering kali menjadi pemicu. Ada guru yang merasa lebih berpengalaman, ada pula yang ingin diakui kinerjanya oleh kepala sekolah. Ketika pengakuan menjadi tujuan utama, semangat pelayanan terhadap peserta didik pun terkikis.


Padahal, menurut Rahmawan, fasilitas sekolah yang bagus tidak akan berarti apa-apa tanpa harmoni antar guru. 


“Sekolah unggul itu bukan karena bangunannya megah atau teknologinya canggih, tapi karena para gurunya saling percaya dan saling menopang,” ujarnya.


Ia juga mengajak para kepala sekolah untuk menjadi teladan dalam membangun budaya kolaboratif. Pemimpin yang bijak, katanya, tidak akan membiarkan iklim persaingan tidak sehat tumbuh di lingkungan pendidikannya. 


“Kepala sekolah harus hadir sebagai penengah, bukan sebagai pihak yang tanpa sadar memperuncing rivalitas,” katanya menambahkan.


Pendidikan adalah kerja kolektif. Satu guru tidak akan mampu membangun masa depan bangsa sendirian. Butuh kebersamaan, komunikasi yang terbuka, dan semangat saling mendukung. Karena ketika antar guru saling menjatuhkan, sejatinya yang jatuh bukan hanya pribadi, tapi juga nama baik sekolah itu sendiri.


***

×
Berita Terbaru Update