Notification

×

Iklan

Iklan

Thailand, Pusat Wisata Medis Dunia yang Ramai Operasi Ganti Kelamin: Antara Kualitas Layanan dan Pandangan Islam

Jumat, 17 Oktober 2025 | 17.42 WIB Last Updated 2025-10-17T10:44:19Z

Foto, salah satu transgender dari negara Thailand.


Queensha.id – Bangkok,


Thailand kian memperkuat reputasinya sebagai destinasi utama wisata medis dunia, terutama dalam bidang operasi ganti kelamin (Sex Reassignment Surgery/SRS). Negara berjuluk “Land of Smiles” ini bukan hanya dikenal karena pantainya yang memesona dan keramahan warganya, tetapi juga karena kualitas layanan kesehatan yang diakui dunia.


Menurut data berbagai lembaga kesehatan internasional, Thailand memiliki jumlah rumah sakit terakreditasi internasional terbanyak di Asia Tenggara, menjadikannya magnet bagi pasien dari seluruh dunia, termasuk dari Timur Tengah dan Asia Selatan.


Namun, di balik kemajuan medis dan daya tarik ekonomisnya, muncul perdebatan panjang terkait aspek moral dan pandangan keagamaan, khususnya dalam perspektif Islam.



Operasi Ganti Kelamin yang Dikenal Dunia


Thailand kini dianggap sebagai pusat global untuk operasi penggantian kelamin, atau dalam istilah medis dikenal sebagai gender reassignment surgery (GRS). Setiap tahunnya, ribuan pasien dari berbagai negara datang untuk menjalani prosedur tersebut dan menjadikan Thailand sebagai negara dengan jumlah operasi ganti kelamin terbanyak di dunia.


Biaya yang ditawarkan pun relatif lebih murah. Untuk prosedur pria ke wanita (MTF), biaya berkisar antara USD 10.000 hingga 12.000 atau sekitar Rp160–190 juta yang jauh lebih rendah dibandingkan biaya serupa di Amerika Serikat yang bisa mencapai empat kali lipat.


Beberapa rumah sakit ternama seperti Yanhee Hospital dan Bangkok Hospital bahkan memiliki tim bedah khusus yang berpengalaman dalam operasi ini, lengkap dengan layanan pascaoperasi dan konseling psikologis.



Faktor dan Jenis Prosedur


Menurut keterangan dari sejumlah klinik di Bangkok, biaya operasi ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain reputasi dokter bedah, jenis anestesi, lamanya rawat inap, hingga layanan tambahan seperti konseling dan terapi suara.


Adapun jenis prosedur yang umum dilakukan meliputi:


  • Vaginoplasti inversi penis, metode paling umum dengan membalik kulit penis untuk membentuk neovagina.
  • Vaginoplasti kolon sigmoid, menggunakan jaringan usus besar untuk membentuk saluran vagina.
  • Operasi feminisasi wajah (FFS) dan bedah suara, untuk menyesuaikan penampilan fisik dan nada bicara.


Lingkungan sosial di Thailand yang cenderung terbuka terhadap keberagaman gender juga membuat pasien merasa lebih diterima dan nyaman selama masa perawatan.



Pandangan Islam terhadap Operasi Ganti Kelamin


Meski di banyak negara operasi ini dianggap sebagai bentuk kebebasan personal dan identitas diri, pandangan Islam memiliki posisi yang lebih hati-hati.


Menurut penjelasan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan para ulama fiqih klasik maupun kontemporer, hukum operasi ganti kelamin pada umumnya adalah haram, kecuali dalam kondisi medis tertentu.


Diharamkan, apabila dilakukan semata-mata untuk mengubah ciptaan Allah SWT tanpa alasan medis yang sah, seperti keinginan mengubah gender dari laki-laki menjadi perempuan atau sebaliknya karena faktor identitas atau gaya hidup.
Dalilnya bersandar pada firman Allah SWT dalam QS. An-Nisa ayat 119:


“Dan sungguh akan aku sesatkan mereka, dan akan aku suruh mereka mengubah ciptaan Allah.”


Ulama menafsirkan ayat ini sebagai larangan keras untuk mengubah jenis kelamin yang telah ditetapkan Allah sejak lahir.


Dibolehkan, apabila dilakukan karena indikasi medis, misalnya seseorang lahir dengan kondisi khuntsa musykil (berjenis kelamin ganda atau tidak jelas secara biologis). Dalam kasus seperti ini, operasi justru bertujuan untuk menentukan identitas biologis yang sebenarnya tapi bukan untuk mengubahnya.


Dalam fatwa Al-Azhar Mesir dan pandangan Imam Yusuf al-Qaradawi, operasi semacam ini boleh dilakukan dengan syarat:


  1. Berdasarkan hasil pemeriksaan medis yang valid,
  2. Ada tujuan pengobatan, bukan keinginan subjektif,
  3. Tidak bertentangan dengan kemaslahatan diri dan masyarakat.



Kemajuan Medis dan Batas Etika


Kemajuan teknologi medis di Thailand menunjukkan bagaimana dunia kedokteran berkembang pesat untuk memenuhi kebutuhan berbagai kelompok masyarakat. Namun, dari perspektif Islam, kemajuan tersebut tetap perlu dibingkai oleh nilai moral, syariat, dan kesadaran akan batas-batas yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.


Karena itu, bagi umat Muslim yang tertarik menjalani operasi di luar negeri (termasuk di Thailand) sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan ulama dan ahli medis terpercaya, agar tidak terjebak pada tindakan yang melanggar prinsip agama.


Seperti disampaikan Dr. Ahmad Zuhdi, pakar etika kedokteran Islam:


“Kemajuan medis memang luar biasa, tapi tidak semua yang bisa dilakukan harus dilakukan. Islam menuntun agar kita menimbang antara manfaat medis dan dampak spiritual.”


***

Reporter: Vico Rahman.
Editor: Queensha Jepara.
Bangkok, 17 Oktober 2025.

×
Berita Terbaru Update