Notification

×

Iklan

Iklan

Bukan Sekadar Nasib: Potret Darurat Keselamatan Berkendara di Jepara

Selasa, 04 November 2025 | 18.38 WIB Last Updated 2025-11-04T11:39:10Z

Foto, beberapa peristiwa kecelakaan lalu lintas di wilayah kecamatan Mayong dan sekitarnya.


Queensha.id - Jepara,


Pagi hari di Kabupaten Jepara seharusnya dimulai dengan ketenangan. Namun, di sepanjang jalur utama Mayong dan kawasan industri lainnya, suasana justru berubah menjadi arena adu cepat yang menegangkan. Ribuan karyawan pabrik berdesakan dengan para pelajar, semua berlomba dengan waktu tanpa memperhatikan keselamatan diri maupun orang lain.


Pemandangan “biasa” ini ternyata menjadi potret nyata darurat keselamatan di jalan raya Jepara. Meski kondisi jalan di beberapa titik memang memprihatinkan, namun sumber utama masalah justru bukan di aspal yang retak, melainkan pada perilaku penggunanya sendiri.



Dua “Dosa” Utama di Aspal Jepara


Dari hasil pengamatan di lapangan, setidaknya ada dua kebiasaan buruk yang paling sering menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas di Jepara.



1. Budaya Kebut-kebutan yang Mendarah Daging


Kecepatan seolah menjadi kebanggaan tersendiri bagi sebagian pengendara. Di banyak ruas jalan, batas kecepatan hanyalah formalitas. Alasan klasik seperti “mengejar waktu absen” sering dijadikan pembenaran, padahal risiko kehilangan nyawa jauh lebih besar dibanding kehilangan beberapa menit waktu kerja.



2. Rambu Lalu Lintas yang Dianggap Pajangan


Lampu merah diterobos, marka jalan diabaikan, dan tanda berhenti hanya menjadi hiasan di pinggir jalan. Ketika aturan dasar ini dilanggar secara kolektif, setiap persimpangan bisa berubah menjadi titik benturan. Masalahnya bukan pada ketidaktahuan, tapi pada rendahnya kesadaran dan kedisiplinan berkendara.



Infrastruktur yang Tak Bersahabat


Perilaku buruk ini kian diperparah oleh kondisi infrastruktur di beberapa titik. Salah satu contohnya di jalur Desa Pelang, Kecamatan Mayong, yang menjadi rute utama para pekerja pabrik. Jalan yang sempit, rusak, serta minim penerangan membuat pengendara harus bermanuver tajam. Ketika bertemu dengan pengendara lain yang melaju kencang dari arah berlawanan, potensi kecelakaan meningkat drastis.


Beberapa warga bahkan menyebut kawasan itu sebagai “jalur maut pagi hari”, karena hampir setiap bulan ada saja insiden jatuh atau tabrakan ringan.



Keselamatan Dimulai dari Diri Sendiri


Menuntut pemerintah memperbaiki jalan tentu perlu, tetapi langkah itu tidak akan cukup tanpa perubahan perilaku. Kedisiplinan, kesabaran, dan kesadaran untuk menghargai pengguna jalan lain adalah kunci utama yang justru sering diabaikan.


Keselamatan bukan tanggung jawab polisi lalu lintas semata. Ia dimulai dari tangan kita sendiri, dari setiap kali menyalakan mesin kendaraan.


Jalanan Jepara akan lebih aman bukan saat semua jalan mulus, tetapi ketika semua penggunanya memilih untuk selamat tapi bukan cepat. Karena di balik setiap kecelakaan, selalu ada keputusan kecil yang bisa dicegah. Dan pada akhirnya, kecelakaan bukan sekadar nasib, melainkan cerminan dari cara kita menghargai kehidupan.



Polisi Imbau Pengendara Lebih Waspada di Jalur Padat


Kanit Gakkum Satlantas Polres Jepara, Ipda Ahmad Riyanto, turut menyoroti fenomena meningkatnya kecelakaan di sejumlah jalur padat Jepara, khususnya di kawasan industri dan jalur pegunungan.


“Keselamatan di jalan bukan sekadar formalitas atau slogan. Itu tanggung jawab bersama yang harus ditanamkan sejak keluar rumah. Jangan tunggu terjadi kecelakaan baru sadar pentingnya berhati-hati,” ujarnya, Selasa (4/11/2025).


Ia menambahkan, sebagian besar kecelakaan di wilayah Jepara disebabkan oleh faktor kelalaian manusia, bukan kondisi jalan. “Rata-rata karena terburu-buru, tidak sabar, dan abai terhadap aturan dasar lalu lintas. Padahal hal sederhana seperti memakai helm berstandar SNI dan mengecek kondisi rem bisa menyelamatkan nyawa,” jelasnya.


Ahmad Riyanto juga mengimbau agar para pengendara, terutama pekerja pabrik dan pelajar, melakukan pengecekan kendaraan sebelum digunakan, termasuk kondisi rem, lampu, dan ban, “Lebih baik telat lima menit daripada tidak sampai tujuan,” tegasnya.


***

Oleh: Faiz Abdullah.

Tim Redaksi Queensha Jepara, 4 November 2025.