| Foto, ilustrasi seorang anak laki-laki yang hendak ditinggalkan oleh ayahnya. |
Queensha.id – Edukasi Sosial,
Fenomena ayah yang absen dari kehidupan anak kembali ramai dibicarakan setelah sebuah tulisan reflektif tentang ibu tunggal beredar di media sosial dan mendapat ratusan komentar dukungan. Pesannya sederhana namun menghantam keras:
“Jangan pernah mengemis kepada seorang laki-laki untuk menjadi ayah bagi anaknya sendiri.”
Tulisan itu menggambarkan realitas yang masih dialami banyak perempuan—meninggalkan rumah bukan hanya tanpa pasangan, tetapi tanpa sosok ayah yang seharusnya hadir bagi anak mereka. Dalam teks tersebut, digambarkan bagaimana seorang ibu dipaksa menjadi “seluruh dunia” bagi anaknya sementara laki-laki yang seharusnya ikut bertanggung jawab memilih pergi.
“Jika seorang pria bisa tidur nyenyak mengetahui bahwa darah dagingnya tumbuh tanpa kasih sayang dan kehadirannya, itu kegagalannya, bukan kegagalanmu,” begitu bunyi salah satu paragraf yang ikut viral.
Banyak warganet mengaku tersentuh, terutama bagian yang menyebut bahwa ayah sejati tidak diukur dari DNA, melainkan dari tindakan, kehadiran, dan konsistensi.
Pengamat Sosial Jepara: Anak tidak butuh pria yang dipaksa hadir
Menanggapi fenomena tersebut, Purnomo Wardoyo, pengamat sosial asal Jepara, menyampaikan pandangan tegasnya.
Menurutnya, banyak kasus di mana ibu terjebak memohon perhatian dari ayah biologis demi anak, padahal langkah itu justru menyakiti diri sendiri dan anak dalam jangka panjang.
“Dalam banyak kasus yang saya tangani, bukan ketidakhadiran yang paling melukai anak, tetapi melihat ibunya memohon-mohon kepada seseorang yang jelas tidak ingin bertanggung jawab,” ujar Purnomo Wardoyo, Sabtu (15/11/2025).
Ia menyebut bahwa ayah biologis tidak otomatis menjadi ayah emosional.
“Figur ayah itu soal tindakan. Soal hadir ketika sulit, bukan hanya muncul ketika ingin. Ketika seorang pria tidak mampu memilih anaknya setiap hari, maka anak itu lebih aman tumbuh tanpa toxic presence,” lanjutnya.
Purnomo juga menegaskan bahwa waktu akan membuka mata seorang anak terhadap siapa yang benar-benar hadir dalam hidup mereka.
“Anak tumbuh dengan ingatan yang tajam. Mereka tahu siapa yang tinggal, siapa yang pergi, dan siapa yang mencintai mereka melalui perbuatan, bukan janji,” tambahnya.
Ia menutup dengan pesan khusus bagi para ibu yang berjuang sendirian:
“Jangan memaksa yang tidak ada. Anak lebih membutuhkan ibu yang kuat, stabil, dan bahagia, daripada ayah yang harus diseret masuk ke hidupnya. Ketidakhadiran seorang ayah akan menceritakan dirinya sendiri. Sementara keteguhan seorang ibu akan membentuk masa depan anak yang jauh lebih sehat," pungkasnya.
Ketegaran yang Tak Terlihat, Namun Dirasakan
Tulisan viral itu menunjukkan kenyataan yang sering tak terlihat: air mata ibu di malam hari, kebohongan kecil yang mereka buat untuk melindungi anak dari rasa sakit, dan upaya mereka menahan dunia agar tetap berputar meski dilakukan seorang diri.
Namun pesan utamanya jelas—ibu yang tetap tinggal adalah pahlawan pertama anak.
Dan sebagaimana ditulis pada akhir unggahan yang viral itu, “Anak tidak membutuhkan pria yang harus dipaksa hadir. Mereka membutuhkan ibu yang memilih untuk tinggal.”
***
(Tim Redaksi Queensha Jepara)