Notification

×

Iklan

Iklan

Kisah Inspiratif Mbah Putu di Jepara, Legenda Keliling Sejak 1995 yang Semangatnya Kalahkan Anak Muda

Sabtu, 22 November 2025 | 06.48 WIB Last Updated 2025-11-21T23:50:48Z

Foto, Mbah Putu, penjual makanan tradisional.


Queensha.id – Jepara,


Di tengah derasnya serbuan kuliner modern, ada satu aroma yang tidak pernah lekang oleh waktu: wangi kue putu dari gerobak sederhana milik Mbah Putu, seorang penjual jajanan tradisional yang sudah tiga dekade lebih setia berkeliling di Jepara. Suara khas uap kukusan bambu yang mengeluarkan bunyi “nguuuuung” seolah menjadi penanda hadirnya legenda hidup di jalur Ngabul, Tahunan, Sukodono hingga Mantingan.



Dari Dipikul Hingga Punya Gerobak


Mbah Putu memulai usahanya sejak tahun 1995. Dulu, beliau menjajakan kue putu dengan cara dipikul sambil berjalan kaki. Hasil kerja keras bertahun-tahun membuatnya kini memiliki gerobak sederhana yang menemaninya setiap hari.
Gerobak itu mungkin tampak biasa, tetapi bagi Mbah, itulah bukti perjalanan panjang tentang ketekunan yang tidak pernah padam.


Meski sudah sepuh, wajah Mbah selalu dihiasi senyum ramah kepada setiap pembeli.


“Mbahnya ini super ramah! Sudah sepuh tapi semangatnya seperti Gen Z!” ujar pelanggan setia, @kb_sabrinaayunani.



Putu Ter-Enak, Jajanan Langka yang Tetap Dirindukan


Kue putu Mbah Putu dikenal sebagai salah satu yang terenak di Jepara. Lembut, wangi pandan, dengan isi gula merah yang meleleh di tengah kelapa parut dan rasa yang langsung membawa banyak orang ke masa kecil.


Dengan harga hanya Rp1.000 per buah, jajanan ini tak hanya lezat tapi juga sangat terjangkau. Hanya bermodal Rp10.000, pembeli bisa membawa pulang satu bungkus penuh putu hangat.



Suara Warga: Rasanya Tetap Sama Sejak Dulu


Kehadiran Mbah Putu selalu ditunggu, terutama oleh warga sepanjang rute yang ia lalui. Banyak dari mereka yang sudah membeli sejak kecil dan kini meneruskan “tradisi” itu bersama anak-anak mereka.


Salah satu warga Sukodono, Rindi (29), mengaku sudah terbiasa menanti suara khas kukusan Mbah Putu,“Rasanya itu lho… nggak berubah sama sekali dari dulu. Manisnya pas. Anak saya juga suka banget, tiap dengar suara gerobaknya langsung lari keluar,” ujarnya.


Warga lainnya, Suroto (47) dari Mantingan, mengatakan bahwa membeli kue putu Mbah Putu seperti mendukung perjuangan orang tua,“Saya lihat beliau tetap keliling meski sudah sepuh. Semangatnya luar biasa. Kita yang masih muda harus malu kalau gampang menyerah,” ucapnya.


Sementara itu, Nida (23) dari Tahunan menambahkan,“Kadang kalau kesiangan nggak kebagian. Cepat habis soalnya. Mbahnya baik banget, kalau lihat pembeli kecil suka dikasih bonus," imbuhnya.


Kisah-kisah kecil ini menunjukkan betapa kuatnya hubungan emosional antara Mbah Putu dan warga yang ia layani setiap hari.



Ayo Larisi, Beri Semangat untuk Mbah Putu


Mbah Putu bukan sekadar pedagang keliling, tapi penjaga warisan kuliner tradisional. Di usia senja, ia tetap menjaga keaslian cita rasa putu bambu yang semakin jarang ditemukan.


Jika Anda melintasi rute Ngabul – Tahunan – Sukodono – Mantingan, sempatkan berhenti dan belilah kue putu dari beliau.


Selain mendapatkan jajanan lezat dan nostalgia masa kecil, Anda juga memberikan dukungan nyata kepada sosok inspiratif yang tidak pernah menyerah dalam hidup.


Yuk, borong kue putu Mbah Putu. Dukungan kecil kita, berarti besar bagi beliau.


***

Sumber: SJ.

Tim Redaksi.